kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.383.000   23.000   0,97%
  • USD/IDR 16.617   -4,00   -0,02%
  • IDX 8.051   -15,35   -0,19%
  • KOMPAS100 1.106   2,18   0,20%
  • LQ45 772   0,26   0,03%
  • ISSI 289   -0,19   -0,07%
  • IDX30 404   0,55   0,14%
  • IDXHIDIV20 454   -1,30   -0,29%
  • IDX80 122   0,02   0,02%
  • IDXV30 130   -0,81   -0,62%
  • IDXQ30 128   0,67   0,53%

LPEM FEB UI: Kelas Menengah Pembayar Pajak Terbesar, Tapi Minim Proteksi Sosial


Kamis, 04 September 2025 / 13:17 WIB
LPEM FEB UI: Kelas Menengah Pembayar Pajak Terbesar, Tapi Minim Proteksi Sosial
ILUSTRASI. Pekerja kelas menengah berjalan kaki menuju tempat kerjanya di Jakarta. LPEM FEB UI menilai perhatian pemerintah seharusnya tidak hanya terfokus pada kelompok 40% terbawah melalui berbagai program sosial. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/21/10/2024


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. LPEM FEB UI  menilai perhatian pemerintah dan DPR seharusnya tidak hanya terfokus pada kelompok 40% terbawah melalui berbagai program sosial. Melainkan juga menyasar kelas menengah yang memiliki peran vital dalam perekonomian maupun demokrasi.

Ekonom LPEM FEB UI, Chaikal Nuryakin mengatakan bahwa kelas menengah merupakan kelompok pemilih (voters) terbesar di Indonesia sekaligus penyumbang utama pajak dan zakat. 

"Kelas menengah itu adalah voters paling banyak. Dan juga, kelas menengah ini juga pembayar pajak dan zakat paling banyak," kata Chaikal dalam Podcast LPEM FEB UI, Rabu (3/9/2025).

Oleh karena itu, kelas menengah harus menjadi perhatian oleh pemerintah dan DPR.

Baca Juga: Pajak dari Super Kaya Bisa Bantu Penerimaan Negara

Chaikal mencontohkan kerentanan kelas menengah dalam situasi krisis. Ia menyebut, meski tidak tergolong miskin, kelas menengah seringkali tidak memiliki perlindungan sosial maupun akses bantuan.

Ia mencontohkan, bahkan di kampus UI, banyak mahasiswa dari kelas menengah yang ayahnya di-PHK atau menganggur tidak berhak mendapatkan beasiswa. 

Ia menambahkan, alokasi anggaran negara seharusnya bisa cepat dirasakan oleh masyarakat luas, termasuk kelompok kelas menengah. 

Namun, ia mengkritik kecenderungan pemerintah yang kerap mendorong banyak program prioritas, baik yang bersifat mercusuar maupun populis, secara simultan.

"Kenapa harus banyak? Padahal sudah tahu, kita mengalami keterbatasan budget," katanya.

Selanjutnya: Percakapan Bocor: Putin dan Xi Jinping Bahas Umur Manusia Bisa Capai 150 Tahun

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Liburan Hemat 4-7 September 2025, Cokelat-Nasi Ayam Harga Spesial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×