Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejumlah indikator perekonomian terkini dinilai menunjukkan perlambatan ekonomi.
Wakil Direktur LPEM FEB UI Jahen Fachrul Rezki menyampaikan, secara garis besar terdapat indikator yang menandakan perlambatan ekonomi mulai terjadi. Sejumlah indikator tersebut diantaranya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2025 tercatat 127,2 atau turun 0,5 poin jika dibandingkan Desember 2024 sebesar 127,7.
Kemudian, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil nasional tercatat sebesar 61.843 unit pada Januari 2025. Angka ini turun 11,3% dibandingkan dengan penjualan wholesales mobil nasional pada Januari 2024 yakni 69.843 unit.
Sejalan dengan menrunnya IKK dan konsumsi penjualan kendaraan, angka PHK juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), jumlah pekerja terkena PHK telah mencapai 60.000 pekerja hingga Februari 2025, dan berpotensi akan terus bertambah.
“IKK melambat, indikator lain seperti pertumbuhan konsumsi vehicle juga turun, jadi mungkin memang ada sinyal sedikit perlambatan dalam ekonomi,” tutur Jahen kepada Kontan, Senin (17/3).
Baca Juga: LPEM FEB UI: Efiensi Anggaran Berdampak Negatif ke Ekonomi Kuartal I-2025
Melihat kondisi tersebut, Jahen berharap pemerintah bisa segera merespons indikasi perlambatan perekonomian tersebut, kemudian melakukan antisipasi dan menjaga ekspektasi pasar.
Meski demikian, Jahen belum bisa memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2025 ini.
Namun, berdasarkan berdasarkan hasil survei LPEM UI yang dirilis Jumat (15/3), sebanyak 23 orang atau 55% dari 42 responden menyatakan bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk, dengan 7 orang di antaranya menyebutnya jauh lebih buruk. Hanya satu responden yang melihat adanya perbaikan.
Dengan rata-rata tingkat kepercayaan sebesar 7,71, hasil survei ini mengindikasikan bahwa keprihatinan terhadap ekonomi nasional cukup kuat.
Rata-rata persepsi ekonomi saat ini berada di angka -0,86 pada skala dari -2 (jauh lebih buruk) hingga +2 (jauh lebih baik), menegaskan bahwa pandangan negatif mendominasi di kalangan pakar.
Baca Juga: Survei LPEM FEB UI: 100 Hari Kebijakan Prabowo Dianggap Tidak Efektif
Selain itu, survei yang dilakukan pada 14 hingga 24 Februari 2025 ini juga menunjukkan bahwa 23 dari 42 pakar ekonomi memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dari angka saat ini, meskipun tidak ada partisipan yang berpikir bahwa kontraksi akan lebih kuat.
Survei ini juga mencatat bahwa sebagian besar ahli percaya bahwa tekanan ekonomi tidak berubah atau secara signifikan lebih rendah dari periode sebelumnya.
Selanjutnya: IHSG Turun ke 6.471 Hari Ini (17/3), Net Sell Asing Terbesar di BBCA, BMRI, BBNI
Menarik Dibaca: Bandung Hujan pada Pagi Hari, Ini Prakiraan Cuaca Besok (18/3) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News