Reporter: Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana
Sumber di Wikipedia mencatat, untuk mengembalikan sistem ke kondisi normal PLN menggunakan PLTA Saguling, PLTA Cirata, dan PLTGU Muara Tawar yang biasanya baru beroperasi saat beban puncak.
Akibat pengoperasian ketiga pembangkit tersebut, aliran daya pada SUTET 500 KV Saguling-Cibinong menjadi semakin besar, mendekati batas aman 2.000 Ampere.
Kemudian pada pukul 10.23 WIB, tiba-tiba SUTET Saguling-Cibinong terbuka sehingga sistem Jawa-Bali terpisah dua bagian. Gangguan ini mengakibatkan beberapa unit pembangkit besar lepas dari jaringan, yakni PLTU Paiton unit 7 dan 8 serta enam unit PLTU Suralaya.
Baca Juga: Tak cuma ATM, mesin EDC bank juga ikut terganggu akibat Jabodetabek mati listrik
Jaringan yang terganggu adalah jalur Cilegon-Cibinong-Saguling. Jaringan tersebut merupakan satu-satunya jaringan penghubung daya dari PLTU Paiton di Jawa Timur ke Jawa Barat. Sebelumnya, pada September 2002, jalur yang sama pernah terganggu dan menyebabkan listrik mati selama dua hari.
Hingga sekitar tiga jam setelah awal kejadian, baru sekitar 45% daya listrik yang pulih.
Saat itu PLN memperkirakan sekitar 3,2 juta pelanggan terkena pemadaman total, terutama di daerah Jakarta dan Banten.
Baca Juga: PLN sebut listrik di sejumlah wilayah mulai normal kembali
Sebanyak 42 perjalanan kereta rel listrik (KRL) rute Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi dibatalkan, dan 26 KRL yang sedang beroperasi tertahan di beberapa perlintasan.
Di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta gangguan listrik berlangsung sekitar empat jam dan menyebabkan 15 penerbangan tertunda.
Beberapa rumah sakit besar terpaksa menunda jadwal operasi, dan rumah sakit kecil tidak dapat menerima pasien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News