Reporter: Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Padamnya listrik hari ini (4/8) bisa jadi merupakan yang terparah dalam sejarah PLN. Kemungkinan itu muncul kalau kita bandingkan padam listrik hari ini dengan mati listrik pada 18 Agustus 2005 silam.
Hari ini mati listrik berlangsung di sebagian Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Mati total berlangsung di Jakarta dan Banten.
Dalam hitungan kasar, mati listrik hari ini bermula pada sekitar pukul 11.50 WIB. Lalu, PLN mengklaim listrik mulai menyala kembali sekitar pukul 16.30 WIB. Itu berarti mati listri hari ini, 4 Agustus 2019, berlangsung selama sekitar empat setengah jam.
Baca Juga: Listrik PLN yang padam seharusnya normal lagi sejak 19.27 WIB
Mari kita bandingkan kejadian hari ini dengan "bencana" serupa pada 2005 silam. Mungkin sudah banyak orang yang lupa bahwa empat belas tahun silam pernah terjadi mati listrik parah.
Selama ini orang mengenang peristiwa padam listrik yang berlangsung pada 18 Agustus 2005 sebagai bencana listrik terburuk, dilihat dari jumlah orang yang terdampak.
Waktu itu listrik mati total di Jakarta dan Banten dengan durasi selama 3 jam. Selain itu, terdapat pula pemadaman di sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
Mati listrik kala itu juga terjadi akibat kerusakan SUTET, persisnya jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV Jawa-Bali.
Baca Juga: Ini kronologi padam listrik di Jawa Barat, Jakarta, dan Banten
Peristiwa mati listrik 14 tahun silam itu dimulai pada sekitar pukul 08.59 WIB 18 Agustus 2005. Saat itu operasi PLTU Suralaya unit 6 dan 7 terhenti, sehingga sistem kekurangan pasokan sebesar 1.200 megawatt.
Halaman selanjutnya: kerugian menimpa transportasi darat dan udara
Sumber di Wikipedia mencatat, untuk mengembalikan sistem ke kondisi normal PLN menggunakan PLTA Saguling, PLTA Cirata, dan PLTGU Muara Tawar yang biasanya baru beroperasi saat beban puncak.
Akibat pengoperasian ketiga pembangkit tersebut, aliran daya pada SUTET 500 KV Saguling-Cibinong menjadi semakin besar, mendekati batas aman 2.000 Ampere.
Kemudian pada pukul 10.23 WIB, tiba-tiba SUTET Saguling-Cibinong terbuka sehingga sistem Jawa-Bali terpisah dua bagian. Gangguan ini mengakibatkan beberapa unit pembangkit besar lepas dari jaringan, yakni PLTU Paiton unit 7 dan 8 serta enam unit PLTU Suralaya.
Baca Juga: Tak cuma ATM, mesin EDC bank juga ikut terganggu akibat Jabodetabek mati listrik
Jaringan yang terganggu adalah jalur Cilegon-Cibinong-Saguling. Jaringan tersebut merupakan satu-satunya jaringan penghubung daya dari PLTU Paiton di Jawa Timur ke Jawa Barat. Sebelumnya, pada September 2002, jalur yang sama pernah terganggu dan menyebabkan listrik mati selama dua hari.
Hingga sekitar tiga jam setelah awal kejadian, baru sekitar 45% daya listrik yang pulih.
Saat itu PLN memperkirakan sekitar 3,2 juta pelanggan terkena pemadaman total, terutama di daerah Jakarta dan Banten.
Baca Juga: PLN sebut listrik di sejumlah wilayah mulai normal kembali
Sebanyak 42 perjalanan kereta rel listrik (KRL) rute Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi dibatalkan, dan 26 KRL yang sedang beroperasi tertahan di beberapa perlintasan.
Di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta gangguan listrik berlangsung sekitar empat jam dan menyebabkan 15 penerbangan tertunda.
Beberapa rumah sakit besar terpaksa menunda jadwal operasi, dan rumah sakit kecil tidak dapat menerima pasien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News