kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45904,03   -19,46   -2.11%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lima Pilar WHO Ini Harus Dipatuhi Untuk Akhiri Pandemi


Kamis, 22 September 2022 / 22:19 WIB
Lima Pilar WHO Ini Harus Dipatuhi Untuk Akhiri Pandemi
ILUSTRASI. Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada warga di Mal Qbig, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten,


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada 14 September lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperbarui pedoman penanganan Covid-19. Dalam pedoman tersebut menyoroti 5 pilar terintegrasi yang dapat menjadi fokus setiap negara dalam upayanya mengakhiri pandemi.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, menjadi perhatian pemerintah pusat, daerah dan seluruh masyarakat untuk bersama-sama menegakkan lima pilar ini agar akhir pandemi dapat segera diakhiri.

Adapun pilar pertama adalah surveilans, laboratorium dan pencerdasan masyarakat. Surveilans sendiri merupakan kunci untuk mengidentifikasi kasus sejak dini dan mencegah terjadinya penyebaran yang lebih luas. Wiku menjelaskan, kunci pelaksanaan surveilans ada di tingkat terkecil yaitu RT/RW yang didukung oleh petugas Puskesmas di tingkat kelurahan.

Baca Juga: Meski Kasus Covid-19 Stabil, Indonesia Masih Perlu Tekan Angka Fatality Rate

"Surveilans juga dapat terlaksana dengan baik jika ada dukungan dari warga untuk bersedia memberikan informasi yang benar apabila petugas melakukan penelusuran kontak," kata Wiku dalam Konferensi Pers Virtual, Kamis (22/9).

Selanjutnya, laboratorium berfungsi penting dalam penegakan diagnosis terutama melalui tes PCR. Nantinya jika dikemudian hari kasus meningkat kembali tes PCR tetap diperlukan. Pelaksanaan testing, memerlukan dukungan laboratorium yang memadai secara merata di seluruh Indonesia.

Pilar yang kedua adalah vaksinasi dan pemberdayaan masyarakat. Ia menegaskan, vaksinasi penting untuk membentuk kekebalan komunitas. Semakin banyak orang yang divaksin maka semakin banyak orang terlindungi.

Maka, cakupan vaksin booster di Indonesia yang baru 26% perlu ditingkatkan lagi, dengan memastikan ketersediaan vaksin di setiap daerah dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk segera vaksin booster.

Pemberdayaan komunitas penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa penanganan covid menjadi tanggung jawab bersama. Upaya yang dapat dilakukan ialah menghidupkan kembali Satgas Posko hingga tingkat RT/RW, menjadi salah satu wadah pemberdayaan komunitas utamanya pada pemantauan protokol kesehatan, pemantauan pasien positif dan penelusuran kontak erat.

Pilar ketiga adalah sistem kesehatan yang tangguh. Hal ini penting untuk dicapai dengan memastikan ketersediaan sumber daya dan fasilitas testing, tracing dan treatment yang memadai dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.

Disini peran Puskesmas serta rumah sakit rujukan Covid -19 termasuk ketersediaan fasilitas isolasi dan karantina minimal pada setiap wilayah di Indonesia harus selalu siap untuk menghadapi kenaikan kasus yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

Baca Juga: Ekonomi Dunia Memburuk, Ekonom DBS Optimistis Ekonomi Indonesia Masih Aman

Pilar keempat adalah penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian dan pengembangan serta update pada perkembangan seputar Covid -19 dan penyakit infeksi menular lainnya dinilai penting agar keputusan dan peraturan yang ditegakkan didasarkan pada update berbasis ilmiah dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini.

"Yang terakhir adalah pilar kelima yaitu koordinasi kesiapsiagaan Covid-19 prinsip kolaborasi pentahelix 5 unsur yaitu pemerintah, media, swasta, akademi dan masyarakat penting untuk terus ditekankan," kata Wiku.

Masyarakat juga dapat berkontribusi mengakhiri pandemi dengan cara menjaga imunitas masing-masing dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS.

Lima pilar dari WHO tersebut, kemudian diturunkan menjadi 6 ringkasan kebijakan untuk menjadi perhatian masing-masing negara termasuk Indonesia. Pertama adalah testing. Kedua adalah manajemen klinis covid-19. Ketiga adalah vaksinasi, keempat adalah pencegahan infeksi pada fasilitas kesehatan rujukan Covid-19.

Kelima adalah komunikasi resiko dan pemberdayaan masyarakat dan terakhir adalah mengatur informasi seputar pandemi Covid-19.

"Diharapkan Indonesia juga dapat menelaah lebih lanjut 6 poin penting ini dan merefleksikannya pada situasi di Indonesia," jelasnya.

Wiku menegaskan meski kondisi kasus di Indonesia kian membaik, namun WHO yang berhak menentukan berakhirnya pandemi. Tugas Indonesia adalah mempersiapkan semaksimal mungkin ketika pandemi dinyatakan berakhir.

Baca Juga: Per 22 September: Kasus Corona RI Tembus 6.417.490 dengan Angka Meninggal 157.966

Ahli Kesehatan Lingkungan dan Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, lima pilar tersebut merupakan indikator yang dibuat WHO sebagai panduan negara-negara menuju ke arah transisi pandemi.

Indonesia sendiri dalam penerapan lima pilar tersebut dapat dikatakan on the track. Hanya saja untuk pilar vaksinasi, survailans dan sistem kesehatan masih perlu peningkatan. Terlebih untuk cakupan vaksinasi booster yang lambat.

"Lima itu Indonesia setidaknya sudah on the track ya, tapi kalau disebut sudah memadainya ya mungkin diantara itu vaksinasi memang belum. Dosis tiga banyak bolongnya. Deteksi dini masih jauh, survailans dan sistem kesehatan harus dikejar," jelasnya.

Menurutnya, Indonesia harus memanfaatkan momentum masa transisi menuju akhir krisis dari pandemi ini bukan hanya infrastruktur tapi juga regulasi dan perilaku hidup bersih sehat di masyarakat serta pemenuhan kualitas udara yang baik. Kembali ditegaskan bahwa peningkatan cakupan vaksinasi booster menjadi poin yang harus dikejar Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×