Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satgas Covid-19 menyebut, kasus Covid-19 di Indonesia berangsur stabil akibat varian omicron. Namun, angka fatality rate harus tetap jadi perhatian.
Meski sempat mengalami kenaikan di bulan Agustus lalu, namun angka kenaikan kasus tidak signifikan. Selain itu kondisi pandemi yang stabil juga terlihat dari kasus aktif dan positivity rate yang terus mengalami penurunan.
Kasus aktif harian turun dalam sebulan terakhir dari 51.900 kasus menjadi 27.858 kasus aktif harian. Adapun bed occupancy rate (BOR) nasional saat ini stabil di angka 5%.
"Kematian yang masih perlu untuk segera ditekan semaksimal mungkin, karena saat ini masih mencatatkan lebih dari 100 kematian dalam satu minggu. Angka tersebut terbilang cukup banyak karena kematian tidak hanya sekedar angka namun berarti nyawa," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers virtual, Kamis (22/9).
Baca Juga: Epidemiolog: Meski Status Pandemi Dicabut, Kita Tetap Perlu Memakai Masker
Kemudian kesiapan Indonesia dalam mengakhiri pandemi dan memulai transisi ke endemi perlu dukungan kuat dari kesadaran masyarakat, selain kesiapan pemerintah masing-masing daerah.
Menurutnya, kesadaran masyarakat untuk melindungi dirinya dan orang lain dapat terefleksi dari cakupan vaksinasi Covid-19 khususnya dosis ketiga.
Wiku menyayangkan cakupan vaksinasi booster belum signifikan, meskipun sudah diberlakukan penegakan aturan wajib booster untuk bepergian dan memasuki tempat umum.
"Nyatanya kenaikan angka cakupan vaksin booster belum signifikan. Sejak diberlakukan program booster pada awal tahun menuju akhir tahun ini, cakupannya baru sebesar 26% saja," imbuhnya.
Demikian juga dengan pengaturan wajib booster yang dikeluarkan tanggal 26 Agustus lalu juga belum mampu menaikkan cakupan vaksin booster secara signifikan. Hal ini ditandai dari kenaikan cakupan yang kurang dari 1%.
Wiku menegaskan, masyarakat perlu berhati-hati dalam memaknai akhir pandemi. Masyarakat perlu melihat perspektif yang lebih luas dan lebih dalam dari aspek kesiapan seluruh lapisan masyarakat dan pemerintahnya, untuk bersama-sama bertanggung jawab mencegah terjadinya kenaikan kasus di kemudian hari.
Ia menambahkan, pada tingkat global sebagian besar negara sudah mengalami penurunan kasus dalam waktu yang cukup lama. Hal tersebut terjadi di Jerman dan Italia. Dimana kasus disana sudah turun selama 2 bulan sejak puncak kasus terakhir.
Kemudian, di Amerika, Kanada dan India kasus Covid-19 cenderung stabil setelah awal tahun. Sedangkan, di Inggris sempat mengalami kenaikan di bulan Maret namun terus menurun setelahnya.
Hal yang sama juga terlihat di negara tetangga Indonesia yaitu Malaysia kondisi stabil sudah 6 bulan sejak puncak kasus terakhir. Demikian juga Australia dan Singapura kondisi kasus stabil sudah 2 bulan sejak kenaikan terakhirnya.
"Korea Selatan dan Jepang menjadi negara yang baru saja pulih dari puncak kasusnya di mana kedua negara tersebut mengalami puncak kasus di bulan Agustus lalu. Namun masih terdapat beberapa negara yang mengalami kenaikan, Rusia, Prancis dan Austria mengalami kenaikan kasus dalam kasus mingguan," jelasnya..
Keadaan ini menjadi bukti bahwa kondisi Covid-19 yang dihadapi oleh berbagai negara berbeda-beda.
Baca Juga: Per 22 September: Kasus Corona RI Tembus 6.417.490 dengan Angka Meninggal 157.966
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News