kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lawan isu boikot, WWF dorong peritel berkomitmen sawit berkelanjutan


Senin, 20 Januari 2020 / 15:50 WIB
Lawan isu boikot, WWF dorong peritel berkomitmen sawit berkelanjutan
ILUSTRASI. Hamparan perkebunan kelapa sawit terlihat dari ketinggian di Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Jumat (11/10).


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi Indonesia, kelapa sawit merupakan komoditas kunci yang banyak berkontribusi secara ekonomi bagi pembangunan. Tapi, WWF Palm Oil Buyers Scorecard menunjukkan, sebagian perusahaan belum mampu mendukung praktik produksi kelapa sawit berkelanjutan.

Ini tampak dari pencapaian skor yang masih rendah tentang apa yang telah peritel besar, produsen, dan perusahaan makanan lakukan untuk mengurangi penggunaan bahan baku yang tidak ramah lingkungan.

Dalam edisi kelima selama 10 tahun terakhir, WWF’s Palm Oil Buyers Scorecard meneliti 173 peritel besar, produsen, dan perusahaan makanan asal Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia, Singapura, Indonesia, dan Malaysia dengan merek-merek ikonik. Misalnya, Carrefour, L'Oreal, McDonald, Nestle, Tesco, dan Walmart.

Baca Juga: WWF Indonesia terus berupaya perbarui kerjasama dengan KLHK

Scorecard ini bisa digunakan sebagai tolak ukur perusahaan. Dengan harapan, perusahaan dapat mengambil tindakan yang tepat dan tanggap untuk bisa ikut menjawab tantangan lingkungan serta perubahan iklim yang semakin mengancam kehidupan manusia di Bumi.

Scorecard juga menunjukkan, komitmen anggota Consumer Goods Forum (CGF) untuk memastikan rantai pasoknya terbebas dari praktik ilegal maupun merusak lingkungan, belum seluruhnya terpenuhi. Dari 53 perusahaan anggota CGF, hanya 10 perusahaan yang mengimplementasikan komitmennya secara sungguh-sungguh sehingga bisa menduduki sepuluh peringkat teratas.

Ke-10 perusahaan itu adalah Ferrero, Kaufland, L'Oréal, Marks & Spencer, Mark dm-drogerie, The Co-operative Group UK (Inggris), Rewe Group, Mars, Friesland Campina, dan Nestlé. Kinerja perusahaan tersebut perlu mendapat apresiasi, walau itu tidak terlepas dari kewajiban mereka dalam mematuhi komitmen keberlanjutannya di  2020.

Baca Juga: WWF: Karhutla mengancam eksistensi satwa di hutan Sumatera

WWF mengharapkan, semua anggota CGF segera mengambil langkah konkrit dan berperan aktif dalam isu kelapa sawit berkelanjutan. Ini sejalan dengan misi yang mereka nyatakan sebelumnya: menjaga kepercayaan konsumen dan mendorong perubahan positif.

WWF tidak hanya mengukur langkah-langkah dasar perusahaan seperti penggunaan sawit berkelanjutan dalam rantai pasok. Juga, bagaimana mereka melakukan praktik-praktik lain, misalnya, melindungi dan memberi manfaat positif bagi petani kecil, masyarakat, dan keanekaragaman hayati.

Scorecard juga menunjukkan, hanya sekitar seperempat dari perusahaan yang WWF nilai yang telah memiliki inisiatif berupa implementasi program untuk mengurangi risiko terjadinya kelapa sawit yang tidak berkelanjutan. WWF meminta perusahaan lainnya mengambil langkah yang sama untuk menjadi bagian penting sebuah solusi global.

Baca Juga: Masalah buruh, RSPO tangguhkan sertifikasi produsen CPO terbesar di dunia

Hasil Scorecard ini tidak terlalu menggembirakan pada penilaian penggunaan kelapa sawit bersertifikasi berkelanjutan (CSPO) dalam rantai pasok. Kurang dari setengah yang menggunakan 100% CSPO dan hanya seperempat dari perusahaan yang sudah memiliki kebijakan yang mewajibkan pemasok mereka menjadi bagian mendukung terjaganya kelestarian hutan dan alam.

Terdapat seperempat perusahaan yang WWF nilai bahkan belum menunjukkan komitmennya sama sekali untuk menggunakan sawit berkelanjutan, termasuk perusahaan perusahaan besar dari Asia. Sehingga, terlihat pasar Asia masih tertinggal dalam membeli dan memperdagangkan kelapa sawit yang keberlanjutan.

Di Indonesia, Direktur Kebijakan dan Advokasi WWF-Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan, dukungan peritel dan produsen makanan terhadap pengadaan kelapa sawit berkelanjutan perlu ditingkatkan. "Partisipasi aktif pelaku industri ritel akan berdampak positif bagi pemenuhan hak konsumen dalam mendapatkan opsi membeli produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," katanya dalam siaran pers, Senin (20/1).

Baca Juga: Pemerintah bentuk tim pelaksanaan Inpres rencana aksi nasional sawit berkelanjutan

Ahold Delhaize dengan nama Superindo telah berinisiatif untuk memastikan house brand produk minyak goreng mereka berasal dari rantai pasok yang tidak terlibat dalam praktik ilegal maupun merusak lingkungan. "Kepemimpinan seperti ini yang WWF-Indonesia harapkan bisa menjadi pemicu pelaku bisnis lainnya untuk melakukan hal serupa,” ujar Aditya.

Oleh karena itu, isu boikot yang sering didengungkan harus dihadapi dengan mengedepankan kelapa sawit Indonesia telah diproduksi secara lestari dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Dan justru, membawa kesejahteraan dan perlindungan bagi hutan alam yang masih tersisa.

Ke depan, Aditye menyatakan, kelapa sawit berkelanjutan didorong untuk menjadi sebuah norma baru di dalam sektor industri ritel Indonesia. Itu sebabnya, scorecard global ini akan baik sekali untuk diadopsi di tingkat nasional sebagai acuan untuk menyusun strategi perbaikan kinerja dan tata kelola usaha menuju berkelanjutan.

Baca Juga: Jokowi teken inpres rencana aksi nasional perkebunan kelapa sawit berkelanjutan

Lebih dari itu, produsen dan peritel yang menjamin produk-produknya menggunakan sawit berkelanjutan menjadikan diferensiasi dari perusahaan sejenis dan dapat memenangkan kompetisi di hati konsumen.

“Kabar baiknya adalah tahun 2020 merupakan peluang yang bagus bagi perusahaan untuk bergabung dengan para pembuat kebijakan dan konsumen untuk berkomitmen pada penggunaan kelapa sawit yang tidak lagi membahayakan alam atau hutan” kata Elizabeth Clarke, WWF Palm Oil Global Lead.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×