kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.464   36,00   0,23%
  • IDX 7.742   6,84   0,09%
  • KOMPAS100 1.203   0,89   0,07%
  • LQ45 960   1,22   0,13%
  • ISSI 233   -0,20   -0,09%
  • IDX30 493   0,93   0,19%
  • IDXHIDIV20 592   1,55   0,26%
  • IDX80 137   0,16   0,11%
  • IDXV30 143   0,06   0,05%
  • IDXQ30 164   0,24   0,15%

Langsung Geber! Muhaimin Singgung Pemilikan Lahan 500.000 ha dan Food Estate Gagal


Minggu, 21 Januari 2024 / 19:55 WIB
Langsung Geber! Muhaimin Singgung Pemilikan Lahan 500.000 ha dan Food Estate Gagal
ILUSTRASI. Calon wakil presiden Muhaimin Iskandar?saat debat cawapres Pemilu 2024 di Jakarta (21/1/2024).


Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Presiden nomor urut pertama Muhaimin Iskandar membuka debat dengan langsung menggeber dengan menyebut program pemerintah dalam penyediaan pangan gagal, sementara janji redistribusi lahan tidak jalan karena petani hanya memiliki secuil tanah sementara ada elite yang mendapatkan pengelolaan hak atas tanah dari negara hingga 500.000 hektare.

Muhaimin menyampaikan hal ini dalam pemaparan visi dan misi saat debat keempat Pemilu Presiden 2024 pada Minggu (21/1/2024). Muhaimin Iskandar menyitir pernyataan KH Hasyim Asyari pendiri Nahdatul Ulama yang mengatakna petani adalah penolong negeri, "Hari ini negara mengambaikan petani dan nelayan," katanya.

Ia menyebut dalam 10 tahun terakhir jumlah rumah tangga petani hampir 3 juta keluarga, artinya 16 juta orang hanya punya 0,5 ha. 

Sementara satu orang ada yang punya hak pengelolaan tanah dari negara hingga 500.000 hektare (ha)," katanya.

Muhaimin juga menyebut program food estate yang dicangankan oleh Presiden Joko Widodo dan dilaksanakan oleh Prabowo Subianto sebagai penanggungjawab, terbukti meninggalkan petani. Selain itu food estate menciptakan konflik agraria dan merusak lingkungan. "Ini harus dihentikan! katanya.

Muhaimin menyerukan agar negara harus serius mengatasi krisis iklim, tidak hanya dengan menggelar proyek giant sea wall yang ia anggap tidak bisa mengatasi krisis iklim. 

"Harus dimulai dengan etika. Etika lingkungan, keseimbangan antara manusia dan alam, tidak menang-menangan.
Kita saksikan kita tidak siembang dalam pembangunan ada krisis iklim tidak diatasi serius anggaran jauh di bawah sektor lain," katanya.

Muhaimin juga menyerukan harus sadari oleh para elite bahwa pembangunan nasional yang berkeadilan, keadilan iklim ekologi agraria dan keadilan sosial. "Rakyat harus dilibatkan, pemilik negeri adalah rakyat," katanya.

Muhaimin menyebut ke depan desa menjadi titik tumpu pembangunan. Reforma agraria harus jadi distribusi lahan, energi terbarukan digenjot bukan diturunkan targetnya karena itu perlu peryubahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×