Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kuota bahan bakar minyak (BBM ) bersubsidi untuk tahun 2019 dipastikan jebol. Kendati demikian, Kementerian Keuangan memastikan pembayaran subsidi tetap sesuai pagu.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas ) melaporkan, hingga 29 Desember 2019, solar subsidi sudah kelebihan kuota sebanyak 1,28 juta kiloliter (KL) dan premium subsidi sudah kelebihan kuota 0,5 juta KL.
Baca Juga: Meski Jakarta banjir, pasokan BBM dan LPG tetap berjalan normal
Meski begitu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, pembayaran subsidi BBM akan tetap sesuai dengan yang sudah ditetapkan dalam APBN 2019.
Dengan demikian, realisasi anggaran subsidi energi secara keseluruhan tidak akan melebihi pagu yang telah dialokasikan.
“Sampai dengan saat ini, realisasi anggaran subsidi BBM dan LPG 3 kg masih di bawah pagunya. Diperkirakan akan tetap seperti itu sampai dengan akhir tahun 2019,” kata Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Askolani kepada Kontan.co.id, Selasa (31/12/2019).
Selain itu, Askolani mengatakan, penyaluran subsidi BBM oleh pemerintah juga akan tetap sesuai dengan kuota volume yang telah ditetapkan dalam APBN 2019 yaitu sebesar 15,11 juta KL untuk seluruh Jenis BBM Tertentu (JBT).
Baca Juga: Salurkan BBM dan LPG hingga pelosok, Pertamina geber program One Village One Outlet
“Kita selesaikan yang berbasis APBN dulu. Untuk soal over kuota, nanti akan kami lihat lagi persisnya hal itu,” sambung dia.
Adapun hingga akhir November 2019, realisasi belanja subsidi energi baru mencapai Rp 123,6 triliun atau 77,2% dari pagu sebesar Rp 160 triliun.
Realisasi belanja subsidi BBM dan LPG sendiri hanya Rp 78,6 triliun atau 78,1% dari pagu sebesar Rp 100,6 triliun tahun ini. Serapan belanja subsidi BBM dan LPG tumbuh negatif 6,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy).
Baca Juga: BKPM temukan investasi di Pertamina mandek sebesar Rp 300 triliun, ini penyebabnya
Askolani sebelumnya menjelaskan, realisasi belanja subsidi BBM dan LPG tersebut sudah termasuk kurang bayar subsidi BBM dan LPG sebesar Rp 15,9 triliun dari tahun anggaran sebelumnya.
“Rendahnya realisasi belanja subsidi energi tahun ini dipengaruhi oleh realisasi harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang lebih rendah , serta nilai tukar rupiah yang lebih kuat dari asumsi” tutur Askolani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News