Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melalui lawatan kenegaraannya ke China selama tiga hari terhitung sejak Jumat (08/11) hingga Minggu (10/11), Presiden Prabowo mencatatkan kesepakatan kontrak bisnis bernilai lebih dari US$10 miliar atau setara dengan Rp 158 triliun (kurs jisdor Rp 15.671 per dolar AS).
Nilai total kontrak bisnis ini diungkap oleh Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, demi memperkuat kemitraan Indonesia-China.
Baca Juga: Indonesia-Tiongkok Tandatangani Kerja Sama Blue Economy, Apa Itu?
"Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan kontrak bisnis bernilai lebih dari US$10 miliar antara perusahaan kedua negara, yang diharapkan mendorong pertumbuhan sektor industri di Indonesia," tulis Bahlil melalui akun instagram resminya, Minggu (10/11).
Ia menambahkan, Indonesia juga berencana belajar dari keberhasilan China dalam pengentasan kemiskinan dan mengirim lebih banyak pelajar untuk studi di Negeri Tirai Bambu, guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan membentuk generasi muda Indonesia yang siap menghadapi tantangan global.
Adapun, khusus sektor energi, Bahlil telah menandatangani dua MOU (Memorandum of Understanding) atau perjanjian pendahuluan.
Baca Juga: Ini Pembalasan Pertama China ke Uni Eropa Terkait Perang Dagang Mobil Listrik
Yang pertama adalah MoU kerja sama Mineral Hijau dengan H.E. Wang Wentao, Menteri Perdagangan (MOFCOM) dan yang kedua, MoU kerja sama Sumber Daya Mineral dengan H.E. Zheng Shanjie, Ketua National Development and Reform Commission (NDRC).
Kedua MoU tersebut merupakan dua dari 8 deliverables MoU yang ditandatangani di hadapan Presiden kedua negara pada Sabtu, 9 November 2024 petang di Great Hall of the People.
"MoU ini menandai babak baru dalam kerja sama strategis Indonesia dan China. Kolaborasi ini tidak hanya bakal memperkuat rantai pasok mineral yang berkelanjutan, tetapi juga akan mendorong investasi signifikan dalam pengembangan energi bersih di kedua negara," kata Bahlil dalam keterangan tertulis yang dikutip Minggu (10/11).
Bahlil melanjutkan, adanya kerja sama ini menunjukkan keseriusan Indonesia dan China dalam mewujudkan komitmen global mempercepat proses transisi energi yang berkelanjutan.
"Kita bersama-sama berkontribusi dalam mencapai tujuan global untuk transisi energi yang adil dan insklusif," sambungnya.
Baca Juga: Prabowo - Xi Jinping Sepakati Kerja Sama di Sektor Baterai Lithium hingga Pariwisata
Sebagai informasi, NDRC dan MOFCOM merupakan dua badan penting pemerintah Tiongkok yang berwenang memberikan persetujuan investasi outbond oleh perusahaan-perusahaan dari negara tersebut ke luar negeri.
Selain di sektor energi, MoU kerja sama yang telah disepakati dan ditandangani antara Indonesia dan China terdiri dari berbagai sektor, lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Protokol Persyaratan Fitosanitari untuk Ekspor Buah Kelapa Segar dari Indonesia ke Tiongkok;
2. Pedoman Kerja Teknis untuk Mempromosikan Perikanan Tangkap Berkelanjutan;
3. Memorandum Saling Pengertian tentang Penguatan Kerja Sama Ekonomi Biru;
4. Memorandum Saling Pengertian tentang Kerja Sama Sumber Daya Mineral;
5. Memorandum Saling Pengertian tentang Kerja Sama Mineral Hijau;
6. Memorandum Saling Pengertian tentang Kerja Sama Bidang Sumber Daya Air; dan
7. Memorandum Saling Pengertian tentang Kerja Sama Penilaian Kesesuaian.
Selanjutnya: Mandala Finance (MFIN) Beri Tanggapan Soal Suspensi Oleh BEI Hingga Pembagian Saham
Menarik Dibaca: Jadwal KA Prameks Kutoarjo-Jogja, Senin-Minggu, 11-17 November 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News