kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Kultur korupsi di PDIP persulit Jokowi jadi Capres


Minggu, 29 Desember 2013 / 09:00 WIB
Kultur korupsi di PDIP persulit Jokowi jadi Capres
ILUSTRASI. Anggota APBI menghadapi hambatan dalam memperoleh persetujuan perizinan lingkungan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp.


Sumber: TribunNews.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi harus mempertimbangkan matang-matang dan mewaspadai dukungan masyarakat yang begitu besar kepadanya untuk menjadi capres 2014.

Menurut Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Petrus Selestinus, sikap Jokowi yang merakyat tidak cocok dengan elite dan kader PDIP yang dinilainya korup.

"Kultur dan perilaku sejumlah elite dan kader-kader PDIP belum cocok dengan integritas dan karakter Jokowi yang merakyat, tegas dan jujur," kata Petrus di kawasan Sarinah, Sabtu (28/12/2013) malam.

"Sikap Jokowi yang anti korupsi itu tidak cocok dengan kultur yang tumbuh dan berkembang di internal PDIP yang korup. Hingga saat ini masih saja terdapat kader-kader PDIP baik, tingkat DPP, DPD, DPC, sampai tingkat eksekutif maupun legislatif yang menjadi tersangka atau terdakwa dan terpidana korupsi," tambah dia.

Dikatakannya, jika PDIP akhirnya menerima permintan sejumlah pihak dan mengusung Jokowi menjadi Capres dari PDIP, maka menurutnya nasib Jokowi tidak akan jauh berbeda dengan Megawati Soekarnoputri. Meskipun sudah mengikuti tiga kali pemilihan Presiden tetapi tetap gagal menjadi Presiden melalui Pemilu.

"Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1999, Ibu Megawati mendapat dukungan luar biasa untuk menjadi Presiden RI pascareformasi dan Megawati menjadi Presiden pada tahun 2003 bukan karena pemilu tetapi karena kecelakaan politik," imbuh Petrus.

Dijelaskan Petrus, ketika Megawati mencoba menjadi capres dari PDIP melalui pemilihan umum langsung sebanyak dua kali, ternyata Mega kalah dan kekalahan itu karena masyarakat melihat budaya korupsi di partai politik termasuk PDIP.

"Saat Megawati menjadi Presiden, korupsi yang dilakukan oleh kader PDIP di eksekutif dan legislatif terjadi secara berjamaah. Sementara Megawati sangat lemah melakukan penindakan. Kultur korup dan perilaku korupsi di internal PDIP belum berubah kearah perbaikan yang signifikan," tegas Petrus.

"Jika PDIP ingin menyelamatkan Jokowi, maka PDIP harus melakukan langkah progresif dan membenahi kultur yang korup dari dalam selama kurun waktu lima tahun kedepan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×