kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kualitas udara Jakarta lebih baik setelah sekolah dan perkantoran ditutup


Jumat, 03 April 2020 / 07:13 WIB
Kualitas udara Jakarta lebih baik setelah sekolah dan perkantoran ditutup


Reporter: Barly Haliem | Editor: Sandy Baskoro

Laju perbaikan kualitas udara Jakarta ini boleh jadi berkaitan dengan penurunan aktivitas perkantoran, bisnis dan mobilitas manusia di Jakarta, sejak pekan pertama Maret 2020. Pembatasan mobilitas masyarakat ini terjadi setelah dua orang warga Depok dinyatakan positif terinfeksi Covid-19.

Apalagi, sejak 16 Maret 2020, Gubernur Jakarta Anies Baswedan menutup kegiatan sekolah dan mengganti dengan sekolah di rumah. Setelah itu, Gubernur Anies juga merekomendasikan penutupan kantor di Jakarta, tempat hiburan, hingga pusat perbelanjaan.

Alhasil, serangkaian kebijakan tersebut menekan drastis laju mobilitas. Pada gilirannya, lalu lalang kendaraan pribadi dan transportasi umum menurun drastis. Taksirannya, lalu lalang kendaraan turun lebih dari 30% dibanding dengan sebelum pembatasan mobilitas.

Sebagai gambaran, tahun lalu, berdasarkan data hasil kajian Dinas Lingkungan HIdup DKI Jakarta, total kendaraan yang melintas wilayah Ibukota mencapai 20 juta unit per hari. Asap kendaraan bermotor ini menyumbang 75% polusi di Jakarta.

Dari total jumlah kendaraan yang melintas Jakarta, sebanyak 3,5 juta merupakan mobil pribadi, dan 4,7 juta kendaraan khusus lain. Adapun jumlah kendaraan roda dua atau sepeda motor yang melintas di Jakarta mencapai 13,3 juta unit per hari.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih menyatakan, selain faktor program bekerja di rumah, hujan dan angin juga membantu perbaikan kualitas udara Jakarta. “Hujan yang turun di Jabodetabek turut mencuci atmosfer dari polusi,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, akhir Maret lalu.

Dia menambahkan, data hasil pemantauan di lima Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menunjukkan penurunan konsentrasi parameter PM 2.5 atau partikel debu halus berukuran 25 mikrogram/m³ selama penerapan bekerja di rumah.

“Namun, penurunan ini juga konsisten dengan tingkat curah hujan. Ketika curah hujan tinggi, kosentrasi parameter PM 2.5 menunjukan penurunan dan ketika hari-hari tidak hujan, kosentrasi parameter PM 2.5 sedikit meningkat,” kata dia.

>>> Udara Bekasi sangat tidak sehat, di halaman berikutnya



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×