kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Krisis Iklim Timbulkan Kerugian Rp 352 Triliun di 2050 diiringi Kematian 3 Juta Orang


Jumat, 08 September 2023 / 05:35 WIB
Krisis Iklim Timbulkan Kerugian Rp 352 Triliun di 2050 diiringi Kematian 3 Juta Orang
ILUSTRASI. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memperingatkan, krisis iklim akan banyak menimbulkan kerugian bagi dunia hingga US$ 23 triliun. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan memperingatkan, krisis iklim akan banyak menimbulkan kerugian bagi dunia hingga US$ 23 triliun atau sekitar Rp 352 ribu triliun pada 2050 mendatang. 

Selain itu, pada 2050 juga, kerugian dunia juga akan diiringi dengan jumlah kematian yang mencapai tiga juta orang.

Hal itu disampaikan Luhut dalam sambutannya saat membuka acara Indonesia Sustainability Forum (ISF), di Park Hyatt, Kamis (7/9/2023).

Mengutip Infopublik.id, Luhut menguraikan, krisis iklim menjadi masalah utama bagi generasi saat ini. Hal itu dibuktikan bumi kini semakin tidak layak dihuni dengan jumlah bencana yang besar hingga mencatatkan rekor.

“Seperti pada Juli 2023 terjadi suhu rata-rata global tertinggi dalam sejarah, dengan 1,5 derajat celcius lebih hangat dibandingkan rata-rata. Sehingga menimbulkan ancaman, krisis iklim berdampak pada ketahanan pangan, pembangunan daerah pedesaan, dan kemiskinan," sambung Luhut.

Baca Juga: Soal Rencana Penghapusan Pertalite, Luhut: Lagi Dihitung

Menurut Luhut, dunia sedang dalam posisi krusial karena tindakan yang dilakukan negara-negara pada hari ini, akan menentukan kesejahteraan generasi mendatang. 

Oleh karenanya, lanjut Luhut, semua pihak perlu mengambil tindakan untuk menyelamatkan masa depan dari perubahan iklim.

Ia juga menambahkan, secara global, banyak perjanjian yang telah ditandatangani. Namun, saat ini yang dibutuhkan adalah tindakan konkret. 

Baca Juga: Menko Luhut: APBN Tidak Jadi Jaminan Utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung

"Kolaborasi internasional, dengan kecepatan dan skala (yang ditingkatkan), semakin dibutuhkan dari sebelumnya," kata Luhut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×