kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Krisis, cadangan devisa emas bank sentral makin gede


Selasa, 12 Mei 2020 / 09:35 WIB
Krisis, cadangan devisa emas bank sentral makin gede


Reporter: Bidara Pink, Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.. Di tengah krisis ekonomi akibat pandemi virus korona Covid-19, instrumen investasi emas menjadi safe heven untuk menjaga agar nilai kekayaan tidak menyusut. Banyak investor yang kepincut menempatkan dana di  kemilau si kuning ini.

Minat investasi emas tidak hanya dilakukan oleh investor individu maupun institusi keuangan. Bank sentral pun kerap memborong emas sebagai bantalan cadangan devisa mereka agar lebih kuat saat menghadapi guncangan akibat krisis ekonomi

Kebijakan ini juga dilakukan oleh Bank Indonesia.  Bank sentral memang kerap membeli dan menyimpan emas sebagai salah satu bentuk cadangan devisa. Bank Indonesia juga terus memupuk emas ke dalam brankas cadangan devisa emasnya. 

Baca Juga: Cadangan devisa April 2020 naik jadi US$ 127,9 miliar, berikut faktor pendorongnya

Ini terlihat dari cadangan emas Bank Indonesia per April 2020 yang mencapai US$ 4,32 miliar, atau naik 5,8% dari cadangan sejenis di Maret yang sebesar US$ 4,08 miliar. Adapun total cadangan devisa BI pada April 2020 sebesar US$ 127,9 miliar, lebih besar  dibandingkan denga posisi pada akhir Maret yang mencapai US$ 121 miliar.

Baca Juga: Tambahan cadangan devisa meredam pelemahan rupiah dalam sepekan

Memang kenaikan cadangan emas yang ada di BI, seiring dengan pergerakan harga emas yang meningkat. Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bank sentral menanam cadangan devisa berbentuk emas tersebut pada asset yang tidak spekulatif. 

"Saat harga naik lebih baik mengalokasikan cadangan devisa untuk emas. Tapi tentu saja harus diukur karena harga emas naik turun. Jadi kami menanam cadangan di aset yang aman," ujar Perry, beberapa waktu lalu.

Perry memastikan setiap bank sentral melakukan pencadangan devisa, baik itu emas dan instrument lainnya. Namun bank sentral selalu mengedepankan asas likuiditas dan memastikan kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah terjamin. BI juga memastikan keamanan dari investasi. 

"Pokoknya, kami menanamkan cadangan devisa bukan untuk (instrumen investasi) spekulatif," tegas Perry.

Perbanyak emas 

Sementara itu, berdasarkan data yang dilansir dari World Gold Council hari Senin (11/5) kemarin, cadangan emas BI masih berada di posisi US$ 4,32 miliar dan berada di peringkat ke 42 dari 100 negara di dunia dengan cadangan emas terbanyak.

Beberapa negara yang terdampak Covid-19 dengan masif pun rupanya masih menduduki peringkat atas kepemilikan emas terbanyak. Apalagi saat ini harga emas dunia masih tinggi yang berkisar US$ 1.709 per ons troi.

Pertama, Amerika Serikat (AS) yang memiliki cadangan emas senilai US$ 446,9 miliar. Disusul Jerman yang masih memiliki cadangan emas sebesar US$ 184,85 miliar, kemudian Italia memiliki cadangan emas sebanyak US$ 134,72 miliar.

Adapun negara-negara sejawat Indonesia juga masih memiliki kepemilikan emas yang lumayan. Meski begitu, cadangan emas mereka masih berada di bawah jumlah kepemilikan emas BI.

Seperti contohnya Malaysia yang memiliki cadangan emas sebanyak US$ 2,14 miliar, Kamboja yang sebesar US$ 681,33 juta, serta Myanmar sebanyak US$ 401,10 juta.
Ekonom Institut Kebijakan Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi menilai langkah yang BI lakukan sudah tepat. Lantaran bank sentral memang harus menaruh cadangan devisa di instrumen yang tidak berisiko dan yang terpenting tidak mengalami penurunan nilai. 

Tambahan devisa yang terjadi pun karena BI membeli emas. "BI membeli emas untuk cadangan devisanya," katanya kepada KONTAN.

Ia pun berharap bank sentral untuk terus memupuk cadangan devisa emasnya karena negara ASEAN rata-rata punya cadangan emas yang besar.

Sedangkan Ekonom Bank BCA David Sumual memandang bahwa kenaikan cadangan devisa emas lebih disebabkan oleh harga emas yang naik dan bukan karena adanya peningkatan dari sisi volume. Ia mencatat tahun lalu harga emas naik hingga 25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×