Reporter: Dani Prasetya | Editor: Edy Can
JAKARTA. Kontribusi sektor kehutanan pada produk domestik bruto (PDB) semakin menurun sejak 2005. Jika pada 2005, kontribusinya terhadap PDB mencapai 1% maka pada 2009 merosot menjadi 0,8%.
Penurunan ini lantaran kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB hanya dihitung dari komoditas primer kayu log dan rotan. Pahadal, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2007 jo PP Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, Kementerian Kehutanan mencakup hasil produk primer kehutanan hingga industri kehutanan seperti penggergajian kayu, kayu lapis, panel kayu, dan veneer.
Karena itu, Kepala Pusat Info Kementerian Kehutanan Masyhud mengatakan, perlu ada identifikasi instrumen pendongkrak kontribusi sektor kehutanan pada PDB. "Harus ada cara untuk mengindentifikasi instrumen yang dapat mengakomodasi potensi komoditas dan jasa kehutanan agar penghitungan PDB subsektor kehutanan dapat merepresentasikan nilai riil kontribusinya," katanya, Kamis (28/4).
Masyhud mengatakan, porsi hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan masih perlu dielaborasi untuk menjadi bagian akun subsektor kehutanan yang dapat memberikan kontribusi terhadap PDB. Tujuannya agar sumbangan tersebut dicatat sebagai pendapatan subsektor kehutanan nonkayu.
Selain itu, dia mengatakan, efek multisektor kehutanan pada subsektor lainnya yang tidak pernah direpresentasikan pada PDB. "Jika hal ini diperhitungkan saja, sebenernya nilai kontribusi subsektor kehutanan terhadap PDB akan jauh lebih besar dari nilai saat ini," katanya.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, komoditi kayu dan barang kayu tidak memberikan kontribusi ekspor pada Januari 2011 dan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Angka impor komoditi kayu dan barang dari kayu pada Januari 2011 malah tercatat sebesar US$ 27,3 juta. Jumlah itu naik dari periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar US$ 21,9 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News