kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Konsumsi rumah tangga masih jadi pendorong pertumbuhan ekonomi semester I 2020


Rabu, 05 Februari 2020 / 19:06 WIB
Konsumsi rumah tangga masih jadi pendorong pertumbuhan ekonomi semester I 2020
ILUSTRASI. Ekonom Mandiri proyeksi konsumsi rumah tangga masih jadi pendorong pertumbuhan ekonomi semester I-2020


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Mandiri dalam riset terbarunya EconMark: 2020 Economic Outlook memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga di sepanjang semester I-2020. 

Hal ini sejalan dengan sejumlah kebijakan pemerintah terkait belanja sosial dan dana desa, serta prospek musim panen yang lebih baik dibandingkan tahun lalu. 

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro beserta ekonom Mandiri lainnya melalui laporan ini mencatat, belanja sosial pemerintah menjadi salah satu pendorong kuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi Indonesia di paruh pertama tahun ini.

Baca Juga: Pertumbuhan manufaktur melambat, Menperin optimistis tahun ini tumbuh 5,3%

Meski pertumbuhan anggaran belanja sosial tercatat menurun dari tahun lalu, pemerintah tetap konsisten melakukan kebijakan front-loading dalam penyalurannya termasuk kini penyaluran dana desa. Seperti yang diketahui, pola penyaluran dana desa kini berubah menjadi 40%-40%-20% untuk masing-masing tahap sepanjang tahun.  

“Dengan perubahan pola ini, kami menghitung total realisasi belanja bansos dan dana desa bisa mencapai Rp 132,5 triliun di semester I-2020, lebih tinggi 18% dibandingkan Rp 112,3 triliun di semester I-2019,” tutur Andry pada laporan itu. 

Selain itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga di awal tahun ini diprediksi terkerek oleh musim panen pada Maret dan April yang lebih baik dari tahun lalu. 

Bank Mandiri memiliki perhitungan, setiap penurunan satu poin indeks El-Nino berkontribusi 0,66% pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Adapun, diprediksi indeks El-Nino akan turun sekitar 0,93 pada tahun ini sehingga dapat mendorong kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 0,05%. 

Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi tak capai target, Jokowi: Harus tetap disyukuri

Konsumsi kelas menengah atas juga diharapkan akan meningkat sejalan dengan stabilnya nilai tukar rupiah dan kondisi politik di dalam negeri. 

“Secara keseluruhan, akumulasi belanja fiskal dan musim panen di kuartal I-2020 akan menjadi kekuatan untuk mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga menuju penguatan yang lebih tinggi lagi di kuartal II-2020. Inflasi juga diharapkan stabil pada level 3,3%,” lanjut laporan itu. 

Mandiri memprediksi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun ini masih akan berada pada kisaran 5%. Bank pelat merah tersebut pun memiliki dua skenario untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu skenario bullish dan bearish

Pada skenario pertumbuhan bullish, ekonomi global diproyeksi tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu seiring dengan kesepakatan dagang yang signifikan antara AS dan China sehingga harga-harga komoditas pun terkerek naik.

Baca Juga: Pertumbuhan industri pengolahan hanya 3,8% di 2019

Jika demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi naik hingga 5,33% dengan defisit transaksi berjalan yang menyempit menjadi 2,51% dari PDB dan penerimaan negara bertambah Rp 82 triliun. 

Sementara pada skenario pertumbuhan bearish, konsensus perdagangan diprediksi belum tercapai sehingga ekonomi global tetap lambat. Akibatnya, ekonomi AS bisa jadi tumbuh ke bawah 2%, China hanya tumbuh 5,5%, serta harga komoditas CPO dan batubara makin tertekan. 

Pada skenario bearish tersebut, ekonomi Indonesia bisa tumbuh ke bawah 5% dengan potensi defisit transaksi berjalan makin melebar ke atas 3% dari PDB. Pertumbuhan ekonomi yang rendah itu juga akan berdampak pada penerimaan negara yang berkurang hingga Rp 71 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×