Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
Mandiri memprediksi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun ini masih akan berada pada kisaran 5%. Bank pelat merah tersebut pun memiliki dua skenario untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu skenario bullish dan bearish.
Pada skenario pertumbuhan bullish, ekonomi global diproyeksi tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu seiring dengan kesepakatan dagang yang signifikan antara AS dan China sehingga harga-harga komoditas pun terkerek naik.
Baca Juga: Pertumbuhan industri pengolahan hanya 3,8% di 2019
Jika demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi naik hingga 5,33% dengan defisit transaksi berjalan yang menyempit menjadi 2,51% dari PDB dan penerimaan negara bertambah Rp 82 triliun.
Sementara pada skenario pertumbuhan bearish, konsensus perdagangan diprediksi belum tercapai sehingga ekonomi global tetap lambat. Akibatnya, ekonomi AS bisa jadi tumbuh ke bawah 2%, China hanya tumbuh 5,5%, serta harga komoditas CPO dan batubara makin tertekan.
Pada skenario bearish tersebut, ekonomi Indonesia bisa tumbuh ke bawah 5% dengan potensi defisit transaksi berjalan makin melebar ke atas 3% dari PDB. Pertumbuhan ekonomi yang rendah itu juga akan berdampak pada penerimaan negara yang berkurang hingga Rp 71 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News