Reporter: Adinda Ade Mustami, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan adanya kenaikan optimisme konsumen pada November 2017 setelah pada sebulan sebelumnya melemah. Kenaikan keyakinan konsumen diharapkan bakal meningkatkan konsumsi rumah tangga, sehingga mendongkrak pertumbuhan ekonomi kuartal-IV.
Survei BI menunjukkan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada November 2017 tercatat sebesar 122,1. Angka itu naik 1,4 poin dibanding bulan Oktober 2017. Meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) disumbangkan oleh kenaikan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar 1,9 poin dari 107,6 menjadi 109,5. Selain itu Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) juga naik 1 poin dari 133,8 menjadi 134,8.
BI mencatat, kenaikan IKE terutama didorong membaiknya persepsi konsumen terhadap penghasilan saat ini dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama. Sementara persepsi konsumen terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan kembali menurun.
"Peningkatan pembelian barang tahan lama terutama untuk barang elektronik, seperti HP, televisi, komputer, dan lain-lain, furniture, dan perabot rumah tangga," bunyi laporan BI yang dikutip Kontan.co.id, Kamis (7/12).
Di sisi lain, kenaikan IEK dipengaruhi oleh ekspektasi seluruh komponen pembentuk, yaitu Indeks ekspektasi penghasilan dan indeks ekspektasi kegiatan usaha. Dua indeks itu meningkat dibanding bulan sebelumnya. Sementara indeks ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan masih stagnan.
Walau optimisme menguat, namun hasil survei juga menunjukkan bahwa konsumen masih menambah tabungan dan cenderung menahan konsumsinya. Hal itu terlihat dari porsi pendapatan responden yang digunakan untuk konsumsi turun 0,4% menjadi 65,3%. Porsi pembayaran cicilan pinjaman terhadap pendapatan juga turun 0,5% menjadi 13,6%. Sementara porsi tabungan terhadap pendapatan meningkat 0,8% menjadi 21%.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menganalisa, pada akhir tahun 2017 ini masyarakat masih cenderung menahan konsumsi. Hal ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana optimisme konsumen melonjak pada November-Desember. "Masyarakat pilih menabung, karena menunggu kebijakan pemerintah yang akan berlaku pada tahun depan," kata Josua, Kamis (7/12).
Menurut Josua, masyarakat akan melihat kebijakan yang berhubungan dengan harga yang diatur pemerintah (administered prices), khususnya harga bahan bakar minyak (BBM). Sebab, harga minyak mentah cenderung meningkat. Masyarakat juga melihat adanya peningkatan harga-harga bahan makanan dalam tiga bulan ke depan seiring tingginya curah hujan.
Karena itu, Josua memproyeksikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun ini sulit menembus angka 5%. "Pemerintah harusnya konfirmasi lagi kebijakan-kebijakannya ke depan agar konsumsi naik. Tahun depan kita harapkan konsumsi masyarakat bisa di atas 5%," terang Josua.
Eny Sri Hartati, Direktur Eksekutif INDEF menganalisa, lemahnya daya beli konsumen tahun ini akan berlanjut hingga tahun depan. Hal tersebut disebabkan adanya sentimen negatif di pasar tenaga kerja dan sejumlah faktor lainnya. Hal itu pada akhirnya akan menggerus daya beli masyarakat. Ini terindikasi dari Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja untuk enam bulan mendatang yang stagnan dibandingkan bulan lalu di level 120,9. Artinya, tidak akan ada penambahan lapangan kerja signifikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News