kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   15.000   0,94%
  • USD/IDR 16.290   50,00   0,31%
  • IDX 7.257   75,31   1,05%
  • KOMPAS100 1.072   13,85   1,31%
  • LQ45 846   11,73   1,41%
  • ISSI 216   3,00   1,41%
  • IDX30 435   5,37   1,25%
  • IDXHIDIV20 520   7,40   1,44%
  • IDX80 122   1,62   1,34%
  • IDXV30 124   0,62   0,50%
  • IDXQ30 143   2,07   1,47%

Konflik Geopolitik Bisa Dorong Inflasi, Tekanan Terhadap Daya Beli Makin Besar


Kamis, 18 April 2024 / 16:37 WIB
Konflik Geopolitik Bisa Dorong Inflasi, Tekanan Terhadap Daya Beli Makin Besar
ILUSTRASI. Pembeli memilah kebutuhan rumah tangga di salah satu pusat perbelanjaan, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (13/11/2023). ANTARA FOTO/Henry Purba/agr/Spt.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jakarta menyoroti dampak konflik geopolitik antara Iran-Israel terhadap perekonomian Indonesia.  Ketua Umum Kadin Jakarta, Diana Dewi menilai konflik Iran-Israel bisa mendorong inflasi karena naiknya harga energi. Hal ini membuat tekanan daya beli masyarakat bisa semakin besar. 

"Rantai pasok global yang terganggu perang membuat produsen harus cari bahan baku dari tempat lain, tentu biaya produksi yang naik akan diteruskan ke konsumen," kata Diana kepada Kontan, Rabu (17/4) malam.

Untuk itu, Diana mengimbau pemerintah segera menyusun langkah mitigasi bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menjadi shock absorber. Ini dibutuhkan untuk menambah alokasi berbagai belanja termasuk belanja perlindungan sosial.

"Bila perlu dilakukan penambahan anggaran belanja untuk mempercepat pengurangan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan listrik dari komoditas fosil ke energi terbarukan. Dalam hal ini, APBN harus bergerak cepat," ujarnya.

Baca Juga: Kemenperin Siapkan Antisipasi Dampak Situasi Geopolitik Dunia Bagi Sektor Industri

Diana menerangkan, konflik tersebut dapat memicu lonjakan harga minyak mentah ke US$ 85,6 dolar AS atau meningkat 4,4% secara tahunan (yoy). 

Harga minyak yang melonjak dikhawatirkan berimbas ke pelebaran subsidi energi hingga pelemahan kurs rupiah lebih dalam. Tentu ini juga bisa berdampak pada APBN dalam memperlebar alokasi anggaran untuk belanja subsidi energi.

"Dampak lainnya, melemahnya investasi asing karena meningkatnya risiko geopolitik. Untuk itu, investor akan mencari aset yang aman. Hal ini bisa mengakibatkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," jelasnya.

Ia juga mengungkapkan, kinerja ekspor Indonesia ke Timur Tengah, Afrika dan Eropa akan terganggu. Sementara untuk dampak domestik bakal terjadi pelambatan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,6%-4,8% pada tahun ini.

Baca Juga: BI Diperkirakan Tahan Suku Bunga Acuan 6% pada April 2024, Ini Alasannya

"Masalah lain yang kemungkinan muncul adalah kebijakan suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama atau higher for longer, bahkan ada risiko suku bunga naik. Juga distribusi bahan kebutuhan pokok juga bisa mengalami hambatan oleh karena kekhawatiran, baik dari negara penyuplai maupun konsumen," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×