Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Konflik di Laut Merah berdampak pada arus ekspor yang dilakukan pengusaha Indonesia. Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan, konflik di Laut Merah berdampak pada naiknya harga angkut ekspor ke negara negara tujuan. Seperti ke negara–negara Mediterania dan Eropa.
Benny mengakui bahwa rute pengiriman barang saat ini melalui Tanjung Harapan Afrika Selatan. Adapun, komoditas ekspor antara lain sport shoes, furniture, pakaian jadi, makanan kering, produk turunan CPO, komponen otomotif dan elektronika.
“(Biaya logistik ekspor) Mengalami kenaikan lebih dari 10%,” ujar Benny kepada Kontan, Rabu (24/1).
Selain itu Benny mengungkapkan bahwa ketersediaan kontainer kosong untuk kepentingan ekspor semakin berkurang dan penawaran angkutan kapal laut tidak berani membuka harga lebih dari dua bulan mendatang. Sehingga kepastian pengiriman lewat laut sulit untuk dipastikan.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Diprediksi Sedikit Melambat di 2024
“Hal ini kalau terlampau lama maka pembeli akan merubah asal impornya,” ucap Benny.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengingatkan, konflik yang terjadi di Laut Merah berpotensi untuk memberi dampak kepada kondisi perdagangan baik Indonesia maupun negara-negara lain.
Josua juga melihat dampak konflik yang terjadi akan relatif terbatas. Namun, apabila konflik dan gangguan berlangsung persisten dan berkepanjangan, akan menyebabkan dampak yang permanen. Pasalnya, konflik tersebut berpotensi untuk meningkatkan biaya logistik di dunia.
“Kalau berlangsung persisten dan berkepanjangan, akan menaikkan biaya logistik secara permanen,” jelas Josua.
Junior Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty Hafiya menimpali, ada sejumlah faktor yang dapat mendongkrak kinerja emiten transportasi dan logistik. Antara lain pertumbuhan e-commerce, berlanjutnya pembangunan infrastruktur, serta kenaikan investasi di bidang pergudangan.
Meski begitu, ada tantangan atau risiko yang menyelimuti sektor ini. Terutama akibat efek geopolitik terkait konflik di kawasan Laut Merah.
"Bagi kapal yang menghindari Laut Merah tentu rute yang dilewati akan lebih jauh dan butuh bahan bakar lebih besar, serta pengiriman akan memakan waktu lebih lama," kata Arinda.
Baca Juga: Kemenperin Ungkap Sejumlah Strategi Mengangkat Kinerja Industri Furnitur
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Daniel Widjaja menyoroti hal yang sama. Untuk menempuh rute alternatif, memang perlu tambahan biaya. Namun di sisi yang lain, akan ada kenaikan tarif angkutan terutama untuk kapal-kapal berjenis kargo.
Dus, emiten yang bergerak pada segmen logistik tersebut bisa mencuil peluang dari situasi ini. Meski, strategi bisnis emiten akan menjadi krusial supaya bisa menumbuhkan margin laba di tengah kenaikan pendapatan dan beban.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News