Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengaku tengah melakukan monitoring mengenai dampak berbagai konflik geopolitik yang tengah terjadi terhadap Indonesia.
Bank Sentral mengungkapkan, konflik seperti yang terjadi di Timur Tengah hingga di Laut China Selatan berpotensi untuk memberi dampak kepada rantai pasok global, dan akhirnya pada inflasi dari jalur inflasi impor (imported inflation).
Meski demikian, BI menegaskan kalau hingga saat ini, belum ada dampak nyata kepada Indonesia.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengingatkan, konflik yang terjadi, berpotensi untuk memberi dampak kepada kondisi perdagangan baik Indonesia maupun negara-negara lain.
Baca Juga: Begini Tanggapan Gubernur BI Soal Dampak Konflik di Timur Tengah Bagi RI
Hanya, senada dengan BI, Josua juga melihat dampak konflik yang terjadi akan relatif terbatas. Namun, apabila konflik dan gangguan berlangsung persisten dan berkepanjangan, akan menyebabkan dampak yang permanen.
Pasalnya, konflik tersebut berpotensi untuk meningkatkan biaya logistik di dunia.
“Kalau berlangsung persisten dan berkepanjangan, akan menaikkan biaya logistik secara permanen,” jelas Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (23/1).
Nah, hal ini akan mendorong peningkatan nilai impor, juga inflasi, terutama dari sisi impoted inflation. Yang pada waktunya, akan memengaruhi kinerja perekonomian domestik.
Baca Juga: Pengamat: Investasi Bakal Terdampak Jika Sri Mulyani Mundur dari Kabinet Jokowi
Dengan demikian, Josua berpesan pentingnya peran pemerintah untuk aktif melakukan diplomasi untuk mencegah terjadinya konflik di Laut China Selatan.
“Pemerintah dapat berperan aktif, melakukan diplomasi bersama dengan negara ASEAN lainnya,” tandas Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News