Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata
JAKARTA. Perlambatan ekonomi Indonesia rupanya juga membuat investor asing yang berniat investasi di Indonesia jadi khawatir. Alhasil, private equity maupun korporasi yang berniat menanamkan investasi di Indonesia menunda niatnya.
Krisis ekonomi global yang menghantam banyak negara membuat aktivitas akuisisi dan merger alias merger & acquisition (M&A) di kawasan Asia tahun ini terganggu. "Level pesimisme terhadap kondisi ekonomi telah meningkat dua bulan terakhir, ini berdampak pada semua aktivitas M&A," ujar Usman Akhtar, Partner dari Bain & Company, perusahaan konsultan manajemen global, kepada KONTAN, Kamis (27/8).
Padahal di tahun sebelumnya, arus masuk investasi asing juga tertahan lantaran Indonesia menggelar pemilihan umum. Seharusnya, pasca pemilihan pemerintahan baru, investasi asing dan aktivitas M&A kembali meningkat. "Terpilihnya pemerintahan baru memang mengurangi ketidakpastian, tapi masih banyak kekhawatiran di bidang ekonomi," imbuh Akhtar.
Sekadar mengingatkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan tidak terlalu menggembirakan. Bank Indonesia pekan lalu kembali memangkas target pertumbuhan ekonomi menjadi 4,7%-5,1%. Sebelumnya, BI masih menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5%-5,4%.
Meski begitu, BI masih optimistis tingkat inflasi tahun ini bisa sesuai target. Tahun ini, BI menargetkan tingkat inflasi sekitar 4,5%. BI memperkirakan inflasi Agustus ini cuma 0,3%. Dus, inflasi tahunan akan turun dari 7,26% Juli lalu jadi 7,08% di Agustus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News