kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KLB Polio di Jateng dan Jatim, Anggota DPR Ini Soroti Distribusi Vaksin ke Daerah


Minggu, 07 Januari 2024 / 13:24 WIB
KLB Polio di Jateng dan Jatim, Anggota DPR Ini Soroti Distribusi Vaksin ke Daerah
ILUSTRASI. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI mendapatkan laporan ditemukannya tiga penyakit kasus lumpuh layu akut (Acute flaccid paralysis/AFP) yang disebabkan oleh Virus Polio Tipe Dua.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kesehatan menemukan kasus dua anak di Jawa Timur dan di Jawa Tengah yang terpapar polio. Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto menyayangkan hal tersebut. 

Padahal pada 2014 Indonesia telah ditetapkan bebas polio. Sebelumnya pada 2022 silam, pernah terjadi outbreak atau kejadian luar biasa (KLB) polio di Aceh. 

Atas hal tersebut, Edy menyoroti soal distribusi vaksin polio ke daerah. Hal ini tidak hanya soal ketersediaan vaksin hingga ke daerah. Namun, juga menjaga kualitasnya. 

“Cara menyimpan, membawa, dan sampai memberikan ke anak-anak ini harus tepat. Ingat negara kita ada negara kepulauan dengan geografis yang beragam, sehingga butuh perlakuan yang beragam," mata Edy dalam keterangan tertulis, Minggu (7/1).

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, KLB terjadi karena saat pandemi Covid-19 angka cakupan vaksinasi pada anak rendah. Termasuk vaksinasi untuk polio. Untuk itu Edy mendorong agar kembali digencarkan vaksinasi tersebut. 

“Kembali disosialisasikan apa saja vaksinasi dasar yang harus diberikan. Termasuk vaksin lainnya yang digunakan untuk booster atau menambah kekebalan,” ucap Edy. 

Baca Juga: Hati-Hati, Kemenkes Temukan 3 Kasus Lumpuh Layu Akibat Virus Polio

Edy juga mendorong agar setiap daerah dengan aktif melaporkan cakupan imunisasi di wilayahnya. Selanjutnya pemerintah pusat, diwakilkan oleh Kementerian Kesehatan, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cakupan vaksinasi di setiap daerah.

Edy menjelaskan jika ada satu daerah dengan cakupan vaksinasi tidak maksimal maka akan menjadi potensi untuk munculnya polio atau penyakit lain. 

Lebih lanjut, upaya lainnya yang harus dilakukan adalah memastikan adanya jamban yang sehat di setiap rumah. Pasalnya virus polio dapat menular lewat feses. 

“Sosialisasi tidak BAB sembarangan juga harus dilakukan lagi. Sasar dengan semua platform media,” sarannya. 

Deteksi dini dari polio juga harus dilakukan. Puskesmas dan Posyandu bisa dikerahkan untuk menjadi garda depan jika ada kasus anak lumpuh layu. 

Sebelumnya, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI mendapatkan laporan ditemukannya tiga penyakit kasus lumpuh layu akut (Acute flaccid paralysis/AFP) yang disebabkan oleh Virus Polio Tipe Dua. Dua kasus ditemukan di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur pada Desember lalu sedangkan satu kasus lainnya ditemukan di Jawa Timur pada 4 Januari 2024.

“Satu kasus imunisasi polionya tidak lengkap, satu lagi status imunisasinya lengkap tapi mengalami malnutrisi,” kata Maxi Rein Rondonuwu Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes. 

Kasus lumpuh layu akut pertama dialami oleh anak perempuan berusia 6 tahun, berdomisili di Jawa Tengah, dan berinisial NH. Berdasarkan pengakuan orang tua, NH mengalami lumpuh layu akut pada 20 November 2023 dengan riwayat imunisasi polio tetes (OPV) hanya dua kali.

Kasus lumpuh layu akut kedua dialami oleh anak laki-laki berusia 1 tahun 11 bulan, berdomisili di Jawa Timur, dan berinisial MAF. MAF mengalami lumpuh pada 22 November 2023 dengan riwayat imunisasi lengkap tapi hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ia mengalami malnutrisi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium Rujukan Polio Nasional BBLK Surabaya dan hasil sekuensing dari Laboratorium Bio Farma Bandung pada 20 dan 22 Desember 2023, NH dan MAF menunjukkan positif Virus Polio Tipe 2. 

Sementara itu, kasus lumpuh layu akut ketiga dialami oleh anak laki-laki berusia 3 tahun 1 bulan, berdomisili di Jawa Timur, dan berinisial MAM. MAM mengalami lumpuh pada 6 Desember 2023 dengan riwayat imunisasi polio tetes 4 kali dan polio suntik (IPV) 1 kali berdasarkan pengakuan orang tua.

Selanjutnya, hasil pemeriksaan Laboratorium Rujukan Polio Nasional BBLK Surabaya dan hasil sekuensing dari Laboratorium Bio Farma Bandung pada 4 Januari 2024 menunjukan positif Virus Polio Tipe 2.

Untuk menanggulangi dan memutus transmisi penularan virus polio, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk berperan aktif. Pertama, masyarakat harus memastikan anak-anak mereka memperoleh imunisasi rutin polio lengkap sesuai usia, yaitu 4 kali polio tetes dan 2 kali polio suntik, sebelum usia 1 tahun.

Kedua, memastikan seluruh anak usia 0 sampai 7 tahun di seluruh wilayah provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Kabupaten Sleman Provinsi DIY memperoleh 2 dosis imunisasi polio tetes tambahan pada kegiatan Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) yang akan dilaksanakan mulai 15 Januari 2024. 

Ketiga, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk buang air besar (BAB) di jamban dengan septic tank dan cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air.

Keempat, masyarakat diimbau segera melapor kepada petugas kesehatan atau puskesmas terdekat bila menemukan anak usia di bawah 15 tahun dengan gejala lumpuh layu mendadak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×