Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks keyakinan konsumen (IKK) mengalami penurunan pada Agustus 2025, atau mencapai 117,2, lebih rendah dari IKK bulan sebelumnya sebesar 118,1.
Tim ekonom PPM Bank Rakyat Indonesia (BRI) menilai, menurunnya keyakinan konsumen menunjukkan penurunan optimisme meskipun masih berada di atas level 100.
Pelemahan ini konsisten dengan tren menurun sejak puncaknya pada akhir 2024 lalu, mengindikasikan konsumen mulai berhati-hati dalam menilai prospek ekonom
Baca Juga: BI: Penjualan Eceran Tiga hingga Enam Bulan Mendatang Diperkirakan Melambat
Selain itu, optimisme konsumen terus melemah pada Agustus 2025, diperkirakan dipicu turunnya persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini, khususnya penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja.
“Hal ini mengindikasikan tekanan konsumsi rumah tangga semakin nyata,” mengutip laporan BRI Regular Economic Report, Rabu (10/9/2025).
Tim ekonom PPM BRI menyampaikan, tekanan paling berat dialami kelas menengah-bawah, dengan penurunan signifikan pada indeks keyakinan dan penghasilan.
Gap keyakinan antara kelas atas dan bawah semakin melebar, menandakan ketidakmerataan daya beli yang dapat menghambat kontribusi konsumsi agregat.
Baca Juga: Kasus Pailit PTPP: Sengketa Utang Proyek Museum KCBN Muarajambi
Hal tersebut tercermin dari, kelompok dengan pengeluaran Rp 1–2 juta turun signifikan sebesar 6,0 poin menjadi 102,9, sementara kelompok Rp 2,1–3 juta terkoreksi 4,5 poin menjadi 108,1.
Pelemahan tajam pada segmen ini dinilai mencerminkan tekanan yang lebih besar terhadap daya beli rumah tangga berpendapatan rendah di tengah inflasi pangan dan kebutuhan pokok yang relatif tinggi terutama harga beras.
Selanjutnya, kelas menengah dengan pengeluaran Rp 3,1–4 juta relatif stabil bahkan sedikit meningkat sebesar 0,8 poin ke 116,9, menunjukkan masih adanya ruang optimisme pada kelompok ini.
Namun, pada kelas menengah-atas dengan pengeluaran Rp 4,1–5 juta, indeks justru turun 2,7 poin ke 117,2, sehingga mengindikasikan bahwa tekanan konsumsi mulai merembet ke segmen dengan daya beli lebih kuat.
Sementara itu, kelompok dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta mencatat kenaikan 1,4 poin menjadi 120,9, dinilai menandakan bahwa rumah tangga berpendapatan tinggi tetap lebih resilien dalam menjaga optimisme.
Baca Juga: Ucapan Di Podcast Viral, Keponakan Prabowo, Rahayu Saraswati Mundur Dari DPR
Pun dengan tren jangka panjang memperlihatkan adanya pelebaran gap keyakinan konsumen antara kelas atas dan menengah-bawah pasca pandemi, di mana penurunan yang lebih tajam di segmen bawah bisa memperlemah konsumsi agregat nasional mengingat kontribusi besar mereka terhadap total konsumsi rumah tangga.
Lebih lanjut, ekspektasi penghasilan dan kesempatan kerja ke depan ikut terkoreksi hampir di seluruh kelompok, dinilai memperkuat kekhawatiran masyarakat menengah-bawah. Sementara optimisme hanya bertahan terbatas di kelompok menengah atas, menjadi satu-satunya segmen yang relatif lebih resilien.
“Perbedaan antarwilayah semakin jelas, di mana kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Denpasar masih menjadi motor optimisme, sementara mayoritas wilayah lain berada di kuadran rendah dan lemah, sehingga memperlihatkan risiko ketimpangan konsumsi antarwilayah,” mengutip laporan tersebut
Pola keuangan rumah tangga bergeser ke arah lebih berhati-hati, tercermin dari meningkatnya alokasi pendapatan untuk cicilan dan tabungan di kelas bawah.