Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie berdiskusi dengan Presiden Afrika Selatan, Matamela Cyril Ramaphosa di sela-sela pertemuan tahunan World Economic Forum (Forum Ekonomi Dunia) di Davos, Swiss, Rabu (23/1)
Dalam pertemuan itu, keduanya membahas persiapan KTT G20 yang akan digelar di Johannesburg pada November 2025.
"Kami berdiskusi tentang persiapan KTT G20 di Johannesburg, Afrika Selatan pada November mendatang. Ini momen yang tepat karena beliau (Matamela Cyril Ramaphosa) merupakan Ketua G20, di mana Afrika Selatan akan menjadi tuan rumah KTT G20 tahun ini,” kata Anindya Bakrie lewat keterangan resminya, Kamis (23/1).
Baca Juga: Kadin: Kebijakan DHE SDA Perlu Memperhatikan Kondisi Likuiditas Para Eksportir
Dalam diskusi tersebut menurutnya, Cyril Ramaphosa membicarakan solidaritas, kesetaraan, dan pembangunan berkelanjutan yang menjadi tema penyelenggaraan KTT G20 di Afrika Selatan.
"Untuk pertama kalinya dalam sejarah, KTT G20 diselenggarakan di (Benua) Afrika. Jadi, ini momen yang sangat spesial bagi kita semua, khususnya bagi Afrika Selatan,” tutur Anindya.
Informasi tambahan, Matamela Cyril Ramaphosa menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan sejak 2018. Sebelum menjadi Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa menjabat sebagai Presiden Kongres Nasional Afrika (ANC).
Sebelumnya, dia dikenal sebagai aktivis antiapartheid, pemimpin serikat pekerja, dan pengusaha.
Baca Juga: Penyelenggaraan Munaslub 2024 Digugat 18 Kadin Provinsi
Selain itu, Cyril Ramaphosa pernah menjabat sebagai Sekjen ANC era Nelson Mandela (1991-1997) dan menjadi Wakil Presiden era Presiden Jacob Zuma (2014-2018). Ia kerap dijuluki sebagai negosiator ulung dan ahli strategi. Dia pun piawai berpidato.
Dalam pidatonya di Forum Ekonomi Dunia Davos, Rabu (22/1), Cyril Ramaphosa menyampaikan frasa yang menyentuh tentang kolaborasi.
Menurut Cyril Ramaphosa, untuk mengatasi berbagai persoalan dunia, seperti kemiskinan, perang, dan perubahan iklim, para pemimpin dunia kembali dipanggil untuk memanfaatkan atribut manusia yang paling kuat sekaligus paling abadi, yakni kerja sama dan kolaborasi yang saling menguntungkan.
“Kerja sama adalah landasan peradaban manusia. Tanpa kerja sama dan kolaborasi – antara individu, kelompok individu, masyarakat di seluruh dunia, negara – umat manusia tidak akan dapat maju,” tandas Cyril Ramaphosa.
Selanjutnya: Wamen ESDM Sebut HGBT Bahan Baku Industri Sebesar US$6 per MMBTU,
Menarik Dibaca: Promo Guardian Terbaru 23 Januari-5 Februari 2025, Tambah Rp 1.000 Dapat 2 Maskara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News