kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketika beban berat itu terasa menjadi ringan


Rabu, 24 Juli 2019 / 07:00 WIB
Ketika beban berat itu terasa menjadi ringan


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terkena serangan penyakit merupakan sebuah beban yang amat berat. Apalagi bagi anak-anak yang berstatus Anak dengan HIV/AIDS (ADHA). Status bertambah berat ketika stigma terus mendera mereka.  
Tak cuma itu, masalah finansial akan menjadi beban keluarga ADHA. Persoalan inilah yang coba disorot dan diangkat dalam liputan KONTAN bersama KOMPAS, KOMPAS.com dan KOMPAS TV, sebagai salah satu upaya menyuarakan mereka yang suaranya tidak terdengar (Voice for Voiceless)  dan bagian dari peringatan Hari Anak Nasional 2019. 

Betul, pemberian obat dan penanganan khusus HIV/AIDS menjadi tanggungjawab pemerintah. Sementara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memberi perlindungan terhadap masyarakat yang terserang penyakit bawaan dari HIV/AIDS. "Pasien HIV/AIDS sering dijumpai mengalami diare hebat akibat infeksi kuman patogen. Ketika dirawat di rumah sakit dia bisa mendapat jaminan," kata M Iqbal Anas Ma’ruf, Kepala Humas BPJS Kesehatan kepada KONTAN, pekan lalu.

Sudah menjadi rahasia umum, fasilitas BPJS Kesehatan ini banjir peminat. Seorang pasien harus menunggu waktu lama untuk mendapat penanganan medis. 
Sementara jika tak menggunakan BPJS Kesehatan, biayanya selangit. Perencana Keuangan Zelts Consulting Ahmad Gozali mengatakan, secara perhitungan psikologis maupun ketenangan batin,  setiap orang punya potensi terkena penyakit kritis yang barasal dari kalangan keluarga, teman hingga tetangga. "Jenis penyakit ini paling membebani secara finansial demi membayar kebutuhan pengobatan, biaya keluarga sampai ke pemeriksanaan," terang dia. 

Pengelola asuransi swasta melihat, ada ceruk yang bisa mereka tawarkan dan menjadi solusi para penderita HIV/AIDS. Maka, perusahaan asuransi menawarkan produk asuransi kesehatan dan asuransi kritis (critical illness). Asuransi swasta bisa menjadi solusi meringankan beban para pasien.  Chief Marketing & Customer Generali Indonesia Vivin Arbianti menyebutkan produk asuransi kesehatan memiliki perluasan produk asuransi penyakit kritis. Generali memperluas produk hingga 66 jenis penyakit. Salah satunya, asuransi penyakit HIV/AIDS yang tertular lewat transfusi darah. "Untuk asuransi penyakit kritis, jika terdiagnosa penyakit ini, poemegang polis akan menerima manfaat sebesar uang pertanggungan untuk penyembuhan atau biaya berobat," kata Vivin kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Melalui asuransi penyakit kritis seperti HIV/AIDS,  uang pertanggungan bisa diambil ketika nasabah terserang penyakit kritis sesuai kesepakatan polis di awal. Adapun uang klaim yang dibayarkan bukan hanya untuk pengobatan, tapi juga biaya non-medis lain yang berpotensi membengkak. Biasanya, biaya medis ditanggung oleh asuransi kesehatan atau BPJS Kesehatan. Yang juga menjadi masalah, ketika sakit mereka tidak bisa bekerja selama masa pengobatan. Maka uang pertanggungan tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat sebagai pengganti pendapatan keluarga pasien.

Biaya lain yang tidak dikover asuransi kesehatan adalah biaya keluarga yang menunggu proses penyembuhan pasien. Begitu pula biaya non-medis seperti pakaian khusus, atau makanan khusus. Tentu keikutsertaan asuransi penyakit kritis terbantu dari sisi uang pertanggungan. "Tidak ada yang berharap mendapatkan klaim penyakit ketika kondisi sehat. Tapi ketenangan batin mereka dapatkan saat membeli polis adalah aspek non-finansial," kata Gozali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×