Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menyarankan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 3,50%.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, hal ini seiring dengan masih adanya ketidakpastian dan pemulihan ekonomi yang relatif terbatas.
“Kondisi saat ini masih dibayangi ketidakpastian, serta belum terlihatnya peningkatan permintaan yang signifikan, sehingga rencana pemulihan ekonomi menjadi lebih terbatas,” ujar Riefky dalam laporannya, Senin (20/9).
Riefky mengatakan, sebenarnya perkembangan terakhir menunjukkan adanya progres perbaikan, apalagi sejak perekonomian sempat terpukul pada awal kuartal III 2021 karena ada varian baru Covid-19 yang membuat pemerintah menarik rem darurat berupa pembatasan aktivitas.
Baca Juga: Sah! Pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan 5,2% di tahun 2022
Namun, perbaikan nampaknya masih belum optimal dilihat dari beberapa indikator dini. Seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tercatat 77,3 pada Agustus 2021, menurun dari 80,2 pada Juli 2021 dan masih berada di zona pesimistis.
Selain itu, angka inflasi juga masih bergerak landai di 1,59% yoy per Agustus 2021, lebih rendah dari kisaran sasaran BI yang sebesar 3% plus minus 1%. Dan bahkan, inflasi inti tercatat 1,31% yoy, lebih rendah dari 1,40% yoy. Asal tahu saja, inflasi inti ini menggambarkan daya beli masyarakat.
Perekonomian yang masih berusaha bangkit ini juga menemui tantangan, yaitu potensi masuknya varian baru Covid-19, baik itu varian Lambda, C12, dan bahkan varian MU.
Lebih lanjut, dari sisi ketahanan eksternal, sebenarnya Indonesia menunjukkan tren yang positif. Pada awal September 2021 saja ada peningkatan aliran modal masuk dari US$ 8,39 juta menjadi US$ 9,06 juta.
Baca Juga: Katalis positif yang masih terbatas, pengaruhi hasil lelang SUN pada Selasa (14/9)
“Kenaikan arus modal masuk menyiratkan kepercayaan investor mulai naik, setelah bencana gelombang kedua Covid-19 tersebut,” tambah Riefky.
Adanya kenaikan arus modal asing yang masuk ini membawa angin segar bagi nilai tukar rupiah pada kala itu. Meski, penguatn rupiah berlangsung sementara dan diikuti dengan depresiasi.
Namun, Riefky menilai, kondisi eksternal masih terkendali mengingat Indonesia juga memiliki cadangan devisa tambun, yaitu sebesar US$ 144,8 miliar.
Nah, dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut, Riefky pun menyarankan agar BI mempertahankan suku bunga kebijakannya dalam Rapat Dewan Gubernur BI bulan ini.
“Sambil mempertahankan suku bunga acuan, BI baiknya terus memantau perkembangan situasi terkini akibat Covid-19 dan menjaga kondisi finansial agar tetap stabil,” tandasnya.
Selanjutnya: Pengamat sebut BI tak perlu atur rasio pembiayaan UMKM perbankan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News