kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Ketidakpastian global tinggi, BI jaga fundamental


Kamis, 18 Juni 2015 / 19:13 WIB
Ketidakpastian global tinggi, BI jaga fundamental


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika The Fed menjadi perhatian seantero dunia, termasuk Indonesia. Menghadapi risiko tersebut, Indonesia yang memiliki permasalahan fundamental seperti current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan membuat siaga Indonesia harus lebih besar.

Bank Indonesia (BI) melihat ketidakpastian kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di Amerika Serikat baik dari sisi waktu maupun besarannya terus berlanjut. Pasar melihat negeri adikuasa tersebut besar kemungkinan akan menaikkan suku bunganya pada September kelak secara bertahap.

Risiko pasar keuangan global dalam tekanan tinggi yang berpotensi mendorong tekanan pembalikan modal portofolio dari negara berkembang seperti Indonesia ke Amerika. Rupiah berada dalam tekanan. Data terbaru BI pada Mei 2015, rupiah secara rata-rata melemah 1,5% ke level Rp 13.141 per dollar AS dibanding bulan lalu.

Atas pertimbangan inilah, otoritas bank sentral tetap mempertahankan BI rate sebesar 7,5% dengan suku bunga Deposit Facility 5,5% dan Lending Facility pada level 8% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan, Kamis (18/6). Keputusan tersebut dianggap masih sejalan dengan upaya menjaga inflasi dan defisit transaksi berjalan.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan kondisi ekonomi Indonesia sangat terpengaruh oleh global. Maka dari itu, kebijakan yang diambil oleh BI adalah kebijakan yang terus menjaga stabilitas ekonomi domestik yaitu menjaga inflasi dan defisit transaksi berjalan.

Untuk inflasi BI melihat adanya ancaman inflasi akibat El Nino, faktor musiman selama puasa dan menjelang Lebaran, nilai tukar rupiah, dan perkembangan harga minyak dunia. BI akan mengarahkan inflasi pada target 4% plus minus 1% pada akhir tahun.

Sementara itu, dari sisi defisit transaksi berjalan BI memperkirakan defisit akan membaik di mana pada triwulan II defisit bisa mengarah ke 2,5% dari PDB. Level yang jauh lebih baik dibanding triwulan II 2014 yang sebesar 3,92% dari PDB.

Ekonomi yang melambat di mana laju impor turun cukup dalam menyebabkan kondisi neraca transaksi berjalan mengalami perbaikan yang signifikan. "Menurut pengamatan kami, BI rate 7,5% itu dianggap masih bisa membalance antara berbagai faktor makro itu," ujar Tirta, Kamis (18/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×