Reporter: Dendi Siswanto, Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harapan masuknya investasi asing besar-besaran ke Indonesia tampaknya masih jauh dari kenyataan. Pasalnya, perekonomian nasional dinilai masih diliputi ketidakpastian yang tinggi.
Hal ini tercermin dari World Uncertainty Index (WUI) Indonesia yang pada kuartal II-2025 tercatat di level 1,10.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah sejak data pertama kali dicatat pada 1952. Data WUI ini dirilis oleh Federal Reserve Bank of St. Louis.
Kenaikan WUI cukup tajam dibanding kuartal sebelumnya yang hanya 0,51. Indeks yang dirangkum oleh ekonom Hites Ahir, Nicholas Bloom, dan Davide Furceri itu menunjukkan meningkatnya persepsi risiko dan ketidakpastian terhadap perekonomian Indonesia.
Baca Juga: Ketidakpastian Ekonomi Indonesia per Kuartal II-2025 Tertinggi Sepanjang Sejarah
Selama dua dekade terakhir, WUI Indonesia umumnya hanya berada di kisaran 0,3–0,8. Sebagai perbandingan, Indonesia pernah mencatat lonjakan WUI pada kuartal II-1953 sebesar 1,07 dan pada kuartal II-2012 sebesar 0,87.
Artinya, lonjakan tahun 2025 ini bukan hanya yang tertinggi dalam 70 tahun terakhir, tetapi juga melampaui periode krisis besar, termasuk pada masa 1960-an dan awal 2000-an.
Jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain, ketidakpastian ekonomi Indonesia juga menjadi yang paling tinggi. WUI Thailand tercatat 0,69, Malaysia 0,65, Vietnam 0,58, dan Filipina 0,50. Sementara Singapura berada di level 0,18 dan Myanmar 0,15.
Baca Juga: Perang Dagang dan Lemahnya Data Domestik Picu Ketidakpastian Ekonomi Indonesia
Kepala Pusat Makroekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M. Rizal Taufiqurrahman, menilai lonjakan WUI bukan hanya dipengaruhi faktor global, melainkan lebih mencerminkan disorientasi kebijakan domestik.
Menurut Rizal, pemerintah tengah menggeser fokus dari konsolidasi fiskal ke arah ekspansi belanja dengan motif politis menjelang momentum politik strategis. Koordinasi antarotoritas ekonomi juga disebut melemah.
“Bagi investor, sinyal ini menunjukkan kebijakan ekonomi kini lebih diwarnai pertimbangan jangka pendek daripada kepastian institusional dan keberlanjutan fiskal jangka panjang,” ujar Rizal, Minggu (5/10/2025).
Ia juga mengingatkan bahwa lonjakan WUI memberi sinyal investor asing mulai meragukan komitmen pemerintah dalam menjaga disiplin fiskal dan stabilitas kebijakan makro.
Dengan ruang fiskal yang makin sempit dan beban utang meningkat, pasar bisa menilai adanya risiko distorsi arah kebijakan moneter maupun pembiayaan publik.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Paling Tidak Pasti di Kuartal II, Begini Penyebabnya
“Dalam kacamata asing, kondisi ini bukan sekadar masalah teknis fiskal, tetapi gejala politik ekonomi bahwa keputusan ekonomi RI ditentukan oleh kalkulasi kekuasaan, bukan disiplin makro yang konsisten,” tambahnya.
Ekonom Maybank Indonesia, Myrdal, juga memperkirakan ketidakpastian ekonomi Indonesia masih akan meningkat pada kuartal III-2025. Hal ini tercermin dari kenaikan credit default swap (CDS) Indonesia pada akhir September.
Myrdal menilai, demonstrasi pada Agustus, pergantian Menteri Keuangan, serta kebijakan baru Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan turut memberi tekanan. Faktor eksternal berupa tensi perang dagang yang kembali meningkat pada awal Agustus juga ikut memperburuk kondisi.
Meski demikian, Myrdal memperkirakan ketidakpastian ekonomi Indonesia akan relatif membaik pada kuartal IV-2025.
Selanjutnya: IHSG Diprediksi Menguat Terbatas pada Pekan Ini, Simak Rekomendasi Sahamnya
Menarik Dibaca: Promo HokBen Hari Guru Internasional 5-6 Oktober, Paket Ber-2 Cuma Rp 30.000-an/Orang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News