Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Tingkat ketidakpastian ekonomi Indonesia tercatat paling tinggi di kawasan Asia Tenggara pada kuartal II-2025 berdasarkan data World Uncertainty Index (WUI) yang dirilis oleh Federal Reserve of St.Louis (FRED).
Dalam laporan yang diunggah pada 9 Juli 2025 lalu, indeks ketidakpastian Indonesia mencapai 1,10.
Angka ini jauh melampaui negara tetangga seperti seperti Thailand (0,69), Malaysia (0,65), Vietnam (0,58), dan Filipina (0,50). Sementara itu, Singapura (0,18) dan Myanmar (0,15) mencatat tingkat ketidakpastian terendah di kawasan.
Baca Juga: Ketidakpastian Ekonomi Indonesia per Kuartal II-2025 Tertinggi Sepanjang Sejarah
Adapun indeks WUI mengukur seberapa sering kata “uncertainty" (ketidakpastian) muncul dalam laporan ekonomi negara-negara di seluruh dunia, sehingga menjadi indikator sentimen dan persepsi risiko global.
Kenaikan tajam tersebut dinilai mencerminkan meningkatnya kekhawatiran terhadap arah kebijakan ekonomi Indonesia di tengah dinamika global yang belum stabil.
Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin membenarkan bahwa ketidakpastian ekonomi Indonesia memang semakin tinggi, yang disebabkan oleh faktor global dan domestik. Ini didominasi oleh ketidakpastian kebijakan pemerintah, baik dari sisi fiskal, moneter maupun sektoral.
"Ini menjadi lebih menantang akibat strategi komunikasi publik pemerintah yang jauh dari menggembirakan," ujar Wijayanto kepada Kontan.co.id, Minggu (5/10/2025).
Kendati begitu, ia mengingatkan agar WUI tidak digunakan sebagai satu-satunya acuan dalam menilai ketidakpastian ekonomi suatu negara. Hal ini dikarenakan WUI hanya mengukur seberapa sering kata ‘uncertainty’ atau padanan katanya muncul dalam laporan triwulanan Economist Intelligence Unit (EIU). Hasilnya sangat volatil, tidak konsisten, dan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
"Menggunakan WUI sebagai satu-satunya referensi sangatlah berisiko," katanya.
Baca Juga: Shutdown Pemerintah AS Timbulkan Ketidakpastian, Dampak ke Ekonomi Tak Signifikan
Sebagai gambaran, lanjut Wijayanto, ketika krisis 1998 terjadi, indeks WUI Indonesia hanya berada di kisaran 0,1–0,6, jauh di bawah level saat ini yang mencapai 1,10.
Ia juga menyoroti ketidakkonsistenan indeks ini secara lintas negara. Wijayanto menambahkan, apabila melihat angka WUI Indonesia dan rata-rata ASEAN dalam jangka panjang, indeks tersebut gagal menangkap fenomena penting seperti krisis, resesi, depresi, bahkan pandemi COVID-19 dan Trump Trade War.
Selanjutnya: Simak Rekomendasi Saham AMRT, MAPI, RALS, ICBP untuk Perdagangan Senin (6/10)
Menarik Dibaca: IHSG Masih Rawan Konsolidasi, Simak Rekomendasi Saham MNC Sekuritas (6/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News