Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID -Â JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dan bank sentral Singapura atau Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) telah sepakat untuk melaksanakan kebijakan swap dan repo. Kesepakatan tersebut diambil demi mengantisipasi ketidakpastian yang masih akan menyelimuti pasar keuangan global di waktu mendatang.
Seperti yang telah diketahui, Presiden Joko Widodo hari ini, Kamis (11/10), mengumumkan kerja sama swap dan repo antara BI dan MAS dengan total sebesar US$ 10 miliar. Sebagai sesama negara ASEAN, kesepakatan ini diharapkan strategis untuk meminimalisasi sentimen negatif yang menerpa pasar regional.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, kesepakatan Indonesia dan Singapura untuk melakukan swap dan repo merupakan bentuk antisipasi terhadap potensi mengetatnya likuiditas valuta asing, khususnya dollar Amerika Serikat (AS).
"Ini juga jadi pembangun confidence karena market jadi tahu kalau Indonesia punya secondary buffer selain cadangan devisa," ujar David, Kamis (11/10).
David menyebut, buffer serupa juga telah dimiliki Indonesia dengan terlibat dalam Inisiatif Chiang Mai sejak 2010 lalu.
Kesepakatan pertukaran mata uang multilateral yang melibatkan sepuluh anggota ASEAN, China, Jepang, dan Korea Selatan ini memiliki cadangan valuta asing sebesar US$120 yang bisa diakses pinjamannya sesuai ketentuan.
"Kita juga sudah punya swap bilateral dengan Korea, Jepang, dan China. Intinya, untuk jangka pendek sudah ada kebijakan ini kalau terjadi apa-apa. Jangan sampai kita baru cari setelah kena masalah," terang David.
Senada, Ekonom Maybank Myrdal Gunarto, juga berpendapat, kebijakan ini cukup penting sebagai tambahan buffer terhadap likuiditas dollar di BI.
"Setidaknya dapat menjadi penopang bagi ketersediaan dollar AS, meski harus dilihat dulu nantinya seperti apa teknis persisnya," kata Myrdal, Kamis (11/10).
Bila konsepnya adalah Bilateral Swap Arrangement (BSA), artinya Indonesia dan Singapura dapat saling menukarkan mata uang lokalnya dengan dollar AS untuk membantu likuiditas dollar di kedua negara.
Sementara, jika skema ‘Bilateral Currency Swap Arrangement’ (BCSA) dilakukan dalam bentuk pertukaran mata uang lokal masing-masing negara untuk mengurangi porsi dollar AS pada cadangan devisa kedua negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News