kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan subsidi energi tak gerus kepercayaan RI


Kamis, 08 Maret 2018 / 12:03 WIB
Kenaikan subsidi energi tak gerus kepercayaan RI
ILUSTRASI. Efisiensi Pertamina


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah menambah anggaran subsidi energi tahun ini mendapat respon positif dari lembaga pemeringkat rating utang. Lembaga pemeringkat rating utang internasional masih percaya perekonomian Indonesia bisa tumbuh sehat dan kuat walaupun anggaran subsidi semakin besar. Bahkan, salah satu lembaga rating menaikkan peringkat utang Indonesia.

Kenaikan peringkat berasal dari Rating and Investment Information, Inc (R&I) yang mengubah Sovereign Credit Rating (SCR) Republik Indonesia dari BBB-/OutlookPositif menjadi BBB/Outlook Stabil, Rabu (7/3). R&I sebelumnya memperbaiki outlook SCR Republik Indonesia dari Stable menjadi Positive, sekaligus mengafirmasi rating pada BBB- (Investment Grade) pada 5 April 2017.

Alasannya, perekonomian Indonesia terus menunjukkan kinerja baik dengan inflasi yang rendah dan stabil, defisit fiskal yang terjaga, serta utang pemerintah yang tergolong rendah.

"Perekonomian lebih tangguh terhadap guncangan eksternal, defisit akun berjalan (CAD) kecil dan cadangan devisa masih banyak," jelas R&I dalam keterangan tertulisnya, Rabu (7/3).

Kenaikan peringkat juga terdorong pesatnya pembangunan infrastruktur dan iklim investasi yang semakin membaik. R&I juga mencatat upaya pemerintah meningkatkan penerimaan pajak antara lain melalui penguatan basis data perpajakan cukup baik.

R&I meyakini, pemerintah masih akan fokus melanjutkan kebijakan stabilitas makroekonomi dan reformasi struktural menjelang tahun politik. Menurut R&I, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama ini sekitar 5% bakal terus berlanjut.

Selain itu inflasi juga akan stabil 3%–%4, defisit transaksi neraca berjalan akan sedikit melebar pada kisaran 2%, dan defisit fiskal akan berada di bawah pagu yang ditetapkan yaitu sebesar 3% terhadap produk domestik bruto.

Reformasi berlanjut

Selain itu menurut Assistant Vice-President Analyst Sovereign Risk Group of Moodys Investors Service Anushka Sha, penambahan anggaran subsidi adalah pembalikan dari reformasi fiskal yang selama ini telah berjalan. Namun, saat ini Moodys belum mempertimbangkan hal itu untuk mengukur risiko dan peringkat utang Indonesia.

Anushka mengatakan, penilaian Moody's atas profil kredit di Indonesia mempertimbangkan beberapa faktor, salah satunya ketidakpastian kebijakan terkait proses reformasi. "Namun, beberapa fitur mendasar, termasuk rasio utang pemerintah, ukuran ekonomi yang besar, dan prospek pertumbuhan yang sehat masih akan tetap terjaga melalui ketidakpastian reformasi ini," kata Anushka kepada KONTAN, Rabu (7/3).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui, langkah penambahan subsidi menimbulkan anggapan kemunduran reformasi fiskal sejak 2015. Namun pemerintah tak khawatir penambahan subsidi ini akan menjadi credit negative bagi rating Indonesia. "Akhirnya yang dihitung keseluruhan. Bagaimana kesehatan fiskalnya, perbankannya, sektor riil," jelas Darmin.

Apalagi pemerintah berkomitmen, penambahan subsidi tidak mengganggu agenda reformasi ini. "Kami lakukan seluruh kebijakan ini untuk jaga makro policy-nya tetap kredibel dan stabil, fiskalnya tidak mengalami erosi kepercayaan, jadi tetap sehat APBNnya," tambah Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Tambahan subsidi BBM juga dinilai lebih aman bagi perekonomian dibandingkan jika harga BBM naik. Sebab kenaikan harga akan membuat daya beli makin terpukul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×