kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan Harga BBM Naik Bisa Sumbang Inflasi 1,9% Tahun Ini


Senin, 05 September 2022 / 14:27 WIB
Kenaikan Harga BBM Naik Bisa Sumbang Inflasi 1,9% Tahun Ini
ILUSTRASI. Warga mengisi BBM di SPBU Pertamina, Jakarta Selatan, Minggu (4/9). Hasil hitungan Kemenkeu, kenaikan harga BBM akan menyumbang inflasi sebanyak 1,9% ke inflasi tahun ini.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pengendalian inflasi dan meredam angka kemiskinan menjadi fokus utama pemerintah setelah harga bahan bakar minyak (BBM) naik.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyebut, angka kemiskinan dan juga pengangguran justru harus turun disaat harga BBM naik. Sehingga untuk mencegah dua kemungkinan tersebut pemerintah memberikan bantuan sosial (bansos) tambahan selama empat bulan senilai total Rp 24,17 triliun.

“Jadi memang tujuan kita agar kemiskinan turun, pengangguran harus turun juga. Itu yang menjadi arahan kita, untuk perlindungan sosial (perlinsos), dan sumber daya manusia. Apa yang kita ikuti secara dekat kemiskinan harus turun,” tutur Febrio kepada awak media saat ditemui di Gedung Parlemen DPR RI, Senin (5/9).  

Febrio menyebut, tambahan bansos tersebut bisa menekan angka kemiskinan hingga 0,3%. Catatan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin di Indonesia sebesar 9,54% per Maret 2022. Artinya angka kemiskinan bisa turun ke level 9,24%.

Baca Juga: Ekonom: Tambahan Bansos Rp 24,17 Triliun Cukup untuk Jaga Daya Beli Masyarakat

Meski begitu, Febrio tak menampik inflasi akan tetap meningkat karena penyesuaian harga BBM tersebut. Namun dengan adanya bansos tambahan garis kemiskinan alias masyarakat rentan terbawah sebanyak 40% bisa terlindungi dan terjaga daya belinya.

“Ini yang kemudian kita akan hitung bersama-sama. Ternyata kalau kita berikan bansos kita bisa sama-sama jaga daya beli khususnya yang miskin dan rentan,” tambahnya.

Hasil hitungan Kemenkeu, kenaikan harga BBM akan menyumbang inflasi sebanyak 1,9% ke inflasi tahun ini. Sehingga Febrio memperkirakan inflasi di akhir 2022 akan ada di kisaran 6,6% hingga 6,8%. Proyeksi ini meningkat dari target inflasi 2022 pemerintah sebelumnya yang sebesar 4% hingga 4,8%.

Meski begitu, Febrio mengatakan, pemerintah akan tetap menjaga inflasi di akhir tahun tidak meningkat lebih dari 7%. Ia juga optimistis pemerintah akan mampu menjaga inflasi, dengan berkaca pada pengalaman sebelumnya, yang mana inflasi  bisa turun menjadi 4,69% pada Agustus 2022, turun dari bulan Juli 2022 yang mencapai 4,9%.

“Artinya pemerintah mampu, dan kita bisa mengendalikan (inflasi) ini. Sehingga kedepannya harga telur dan lainnya harus langsung di atasi melalui mekanisme yang ada,” imbuhnya.

Febrio juga optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini tetap terjaga di 5,2%, karena masyarakat miskin dan rentan terjaga daya belinya dengan adanya bansos tambahan tersebut.

Untuk diketahui, Pemerintah resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, Solar bersubsidi, dan Pertamax, Sabtu (3/9).

Adapun harga BBM Pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, kemudian Solar bersubsidi naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter, serta Pertamax naik dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.

Baca Juga: Harga BBM Naik, Inflasi Pangan di Bulan September Bisa Melonjak di Atas 10%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×