kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.758.000   -23.000   -1,29%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Kena Tarif 32% dan Tak Ada Duta Besar RI di AS, Ekonom Ungkap Hal Ini


Minggu, 06 April 2025 / 15:04 WIB
Kena Tarif 32% dan Tak Ada Duta Besar RI di AS, Ekonom Ungkap Hal Ini
ILUSTRASI. Model miniatur cetakan 3D Presiden AS Donald Trump, Bendera AS, dan kata 'Tarif' terlihat dalam ilustrasi ini yang diambil pada tanggal 2 April 2025. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eisha Maghfiruha Rachbini menyoroti kekosongan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Amerika Serikat (AS) yang telah terjadi hampir dua tahun terakhir.

Apalagi baru-baru ini Presiden AS Donald Trump resmi menerapkan tarif timbal balik (resiprokal) ke sejumlah negara mitra dagangnya termasuk Indonesia yang terkena tarif sebesar 32%.

Eisha mengungkapkan bahwa Duta Besar RI untuk Indonesia punya peran yang sangat penting untuk melakukan negosiasi-negosiasi, terutama dalam kondisi penerapan tarif saat ini.

“Peran penting Dubes sebagai perwakilan/representasi Indonesia di luar negeri, termasuk AS, terutama untuk negosiasi kepentingan Indonesia di negara tersebut,” ujarnya kepada KONTAN, Minggu (6/4).

Baca Juga: Efek Tarif Resiprokal 32% Donald Trump, Penerimaan Pajak Bisa Hilang Rp 10 Triliun

Eisha pun meminta agar pemerintah perlu segera mengangkat Dubes baru untuk mengisi kekosongan tersebut. Dengan begitu, kata dia, proses negosiasi bisa segera dilakukan dengan cermat.

“Perlu segera mengangkat Dubes RI, dengan urgensi kondisi tarif AS, Dubes dan tim negosiasi perlu menjadi garda terdepan untuk kepentingan Indonesia,” terangnya.

Di sisi lain, Eisha menambahkan, terkait penerapan tarif yang dikenakan oleh AS untuk RI, maka hal paling mendesak yang perlu dilakukan oleh pemerintah ialah negosiasi. Pasalnya, lanjut Eisha, negara-negara lain telah memiliki strategi antisipasi sebelum tarif AS diterapkan.

Baca Juga: Cermati Efek Tarif Impor Tinggi Donald Trump ke Pasar Modal

“Vietnam sudah langsung bergerak, bahkan sebelum diberlakukan tarif mereka sudah memiliki langkah-langkah antisipasi. Kedua, memperkuat kerja sama regional seperti ASEAN, BRICS untuk memperluas pasar ekspor Indonesia, juga inisiasi pasar negara non tradisional,” pungkasnya.

Untuk diketahui, Trump resmi menaikkan tarif timbal balik ke sejumlah negara mitra dagang pada 2 April 2025 waktu setempat. Rinciannya, China sebesar 34%, Uni Eropa 20%, Kamboja 49%, Vietnam 46%, Sri Lanka 44%, Bangladesh 37%, Thailand 36%, Taiwan 32% serta Indonesia sebesar 32%.

Baca Juga: Prabowo Persilakan Airlangga dan Sri Mulyani Tanggapi Kebijakan Tarif Impor Trump

Selanjutnya: Catat 9 Tips Mengatasi Rasa Malas pada Anak setelah Liburan Berakhir

Menarik Dibaca: Cara Membuat Foto ala Studio Ghibli dengan Bantuan ChatGPT, Simak Tutorialnya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×