Reporter: Noverius Laoli | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) bersikukuh tidak akan mengeluarkan izin impor jagung lagi kepada para importir yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) sampai akhir tahun.
Pasalnya, ada surplus jagung sebesar 174.595 ton pada tahun ini.
Mulai tahun depan, para importir jagung juga diminta membeli jagung dari Bulog, karena hanya Bulog yang berwenang mengimpor.
Menurut Direktur Pakan Ternak Kemtan Nasrullah, surplus jagung tahun ini berasal dari hitungan Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 20,66 juta ton yang dapat memenuhi kebutuhan jagung untuk benih 2015 sebanyak 105.000 ton.
Lalu, konsumsi langsung 398.000 ton, kebutuhan pakan ternak 14,86 ton dan kebutuhan lainnya 4 juta ton, serta kehilangan produksi 1 juta ton.
Dengan demikian ada surplus sebesar 174.595 ton.
Atas dasar itu, Kemtan menilai GPMT sebaiknya meningkatkan penyerapan jagung lokal.
"Kita harapkan GPMT kiranya bisa lebih melebarkan sayap dan lebih intensifkan untuk membeli produksi jagung dalam negeri," ujar Nasrullah, Kamis (22/10).
Kemtan beralasan melakukan pengendalian impor untuk mendongkrak harga jagung ditingkat petani.
Sebab dari pengalaman sebelumnya, saat petani jagung panen pada bulan Februari, Maret dan April 2015, harga jatuh ke tingkat terendah sekitar Rp 1.000 per kilogram (kg) hingga Rp 1.500 per kg.
Hal itu disebabkan, pada waktu bersamaan ada impor jagung dalam volume yang besar yakni Februari sebesar 328.000 ton, Maret 305.700 ton dan April 310.000 ton.
"Volume impor itu lumayan besar, dibandingkan bulan sesudahnya sekitar 250.000 ton saja," imbuh Nasrullah.
Menurut Nasrullah, impor jagung sampai akhir tahun ini akan diperketat dan tidak akan mencapai 3 juta ton.
Padahal rencana impor jagung pada tahun ini sebesar 3,5 juta ton dan baru terealisasi 2,5 juta ton.
Sebagai perbandingan, tahun 2014 impor jagung sebesar 3,1 juta ton.
Direktur Pengadaan Bulog Wahyu mengatakan Bulog siap melakukan impor jagung bila mendapatkan penugasan dari pemerintah untuk menstabilisasi harga di lapangan.
Sebelum mengajukan impor jagung, Bulog lebih mengutamakan penyerapan jagung dalam negeri.
Sejak awal September 2015 lalu, Bulog telah menyerap 3.000 ton jagung dari para petani.
"Jumlahnya memang masih kecil, karena masih baru," ujar Wahyu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News