kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Kementerian ESDM Pastikan Indonesia Tidak Impor Migas dari Iran


Senin, 15 April 2024 / 15:21 WIB
Kementerian ESDM Pastikan Indonesia Tidak Impor Migas dari Iran
ILUSTRASI. A 3D printed natural gas pipeline is placed in front of displayed Iranian flag in this illustration taken February 8, 2022. Kementerian ESDM Pastikan Indonesia Tidak Impor Migas dari Iran.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji menyebut bahwa Indonesia tidak memiliki kerja sama impor minyak dan gas (migas) dari Iran.

“Tidak ada impor dari Iran, walaupun  kita jalin kerja sama dengan Iran tapi tidak mudah lakukan implementasinya jadi sampai saat ini tidak ada,” tutur Tutuka dalam agenda Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI, Senin (15/4).

Ia menyampaikan, berdasarkan data 2023 Pertamina melakukan impor BBM paling banyak berasal dari Singapura yakni dengan persentase sebesar 56,8% yang berasal dari berbagai macam tempat, dan Malaysia sebesar 26,75%.

Baca Juga: Iran Serang Israel, Apa Dampaknya Terhadap Ekonomi Indonesia?

Sementara itu, untuk impor LPG, Pertamina paling banyak impor dari Amerika Serikat sebesar 44,98%, United Arab Emirates 25,13%, dan Qatar 11,21%.

“Jadi kita melihat ada negara yang biasa terlibat konflik misalnya LPG dengan Amerika yang berhubungan dengan impor LPG nya,” jelasnya.  

Lebih lanjut, untuk impor minyak mentah, Indonesia paling banyak mengimpor dari Arab Saudi dan Nigeria.

“Namun kalau dari Saudi Arabia tentunya berpengaruh, ya. Itu yang sekarang sedang disimulasikan oleh Pertamina, berbagai macam cara untuk mengantisipasi kondisi kalau terjadi eskalasi berlanjut,” ungkapnya.

Baca Juga: Meneropong Dampak Penyerangan Iran ke Israel Bagi Ekonomi dan Pasar Saham RI

Untuk diketahui, konflik antara Iran vs Israel makin memanas pasca Iran melakukan serangan terhadap sasaran militer Israel dengan mengirimkan 300 rudal dan drone pada Sabtu (13/4).

Konflik kedua negara tersebut tentunya menimbulkan kekhawatiran banyak pihak global termasuk Indonesia. Paling disoroti adanya peningkatan harga minyak global yang akan membengkak.

Kementerian ESDM memperkirakan ICP bisa melonjak  jadi US$ 100 barel akibat konflik ini. Sementara itu, mengacu pada data per 12 April 2024, harga ICP mencapai US$  89,51 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×