Reporter: Rashif Usman | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Iran meluncurkan ratusan drone dan rudal balistik ke Israel pada Sabtu (13/4) malam sebagai misi balasan atas serangan udara pada 1 April lalu. Serangan tersebut dinilai bakal menimbulkan dampak perekonomian global, termasuk Indonesia.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan bahwa Iran merupakan salah satu negara penghasil minyak dunia. Adanya konflik antara Iran-Israel tentunya akan mengganggu pasokan minyak global dan berdampak pada trade balance atau neraca perdagangan Indonesia.
"Pengaruh ke harga minyak itu lumayan besar, termasuk letaknya yang strategis di selat Hormuz dikhawatirkan mengganggu pasokan minyak global," kata David kepada Kontan, Minggu (14/4).
"Untuk ekonomi Indonesia dikhawatirkan ada kenaikan harga produk yang kita impor lebih tinggi dibandingkan produk yang kita ekspor, maka akan mengganggu trade balance," lanjut dia.
Baca Juga: Sentimen Iran vs Israel Mengganjal Usai Libur Idul Fitri, Cek Saham Berikut Ini
David menilai secara fundamental perekonomian Indonesia masih relatif solid bila melihat cadangan devisa masih di atas US$ 140 miliar. Kendati demikian, perlu ada penyesuaian dari sisi kebijakan fiskal terutama untuk merespons kenaikan harga minyak termasuk pada penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Mungkin dari sisi anggaran fiskal perlu ada penyesuaian termasuk kemungkinan terburuk yaitu penyesuaian BBM, karena harga minyak cenderung naik dan rupiah melemah. Mungkin perlu ada realokasi dari sisi anggaran," ujarnya
Dalam perhitungannya, setiap rupiah yang melemah sebesar Rp 500 dan harga minyak naik US$ 10 per barel, maka anggaran subsidi atau kompensasi diproyeksi meningkat Rp 100 triliun.
"Dengan rupiah mencapai sekitar Rp 16.000 dan minyak US$ 92 saja defisit sekitar 2,5% produk domestik bruto (PDB)," kata dia.
Baca Juga: Eskalasi Konflik Israel-Iran Bakal Berdampak pada Ekonomi Global Termasuk Indonesia
Sementara itu, dirinya berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2024 masih berada di level 5%-5,2% dengan berbagai kalkulasi, termasuk konflik Iran-Israel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News