kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenko Perekonomian sebut industri manufaktur turun karena tak berorientasi ekspor


Senin, 12 Agustus 2019 / 18:18 WIB
Kemenko Perekonomian sebut industri manufaktur turun karena tak berorientasi ekspor
ILUSTRASI. Produk kemasan plastik saat pameran perdagangan Trade Expo Indonesia


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kemenko Perekonomian mengklaim turunnya kinerja sektor manufaktur Indonesia karena industri yang lebih fokus pada kebutuhan domestik dan kurang berorientasi pada kebutuhan ekspor.

"Kita ini kurang ekspor oriented. Kita juga belum punya industri yang lengkap dan kompleks untuk menjangkau dunia," kata Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI Raden Edi Prio Pambudi pada Senin (12/8) di Jakarta.

Baca Juga: Upayakan transformasi manufaktur, BI lakukan relaksasi dalam sejumlah bidang

Sebelumnya, tercatat bahwa kinerja manufaktur Indonesia lesu. Bahkan, kontribusinya terhadap PDB juga menurun. Pada kuartal II 2019, kontribusi tercatat 19,52%. Padahal pada kuartal sebelumnya masih di angka 20,07%.

Menurunnya kinerja manufaktur ini juga dipengaruhi dari beberapa persoalan, seperti interkonektivitas, masalah tenaga kerja, juga logistik yang dinilai masih mahal.

Dalam hal interkonektivitas, Edi menyebut masalah Indonesia saat ini sedang mengalami global economic marginalization yang menyebabkan produk dalam negeri tidak bisa mendunia. Itu yang membuat industri menjadi susah membangun pasar dan melakukan spesialisasi.

Selain itu, ia menyebutkan adanya missing link dari industri upstream ke downstream sehingga masing-masing industri tidak bisa saling mengisi dan malah mengandalkan impor.

Baca Juga: Gandeng Daihatsu Jepang, mobil nasional ketiga Malaysia mengaspal tahun 2021

Lalu masalah tenaga kerja. Menurutnya, tenaga kerja itu harus memiliki ketrampilan dan ketrampilan itu bisa dilakukan dengan adanya proses vokasi yang mulai digalakkan baru-baru ini.

"Ini yang menjadi fokus kita. Vocational. karena dengan adanya vokasi, tenaga kerja yang awalnya tidak memiliki ketrampilan, bisa lebih belajar lagi," tambah Edi.

Namun, dalam vokasi pun masih ada hambatannya, yaitu bagaimana menemukan mentor yang bisa memberikan pengalaman kerja dan tidak hanya terpaku pada buku panduan.

Baca Juga: BKPM ingin lebih perhatikan investor kecil di berbagai sektor

Oleh karena itu, dalam vokasi pun harus direncanakan dengan baik sehingga hasilnya juga dirasakan oleh tenaga kerja dan perusahaan yang mengadakan vokasi.

Lalu yang terakhir adalah masalah logistik yang mahal. Alur transportasi dari satu tempat ke tempat yang lain saat ini dirasa masih susah karena adanya domestic market fragmantation. Kebanyakan industri menumpuk di Pulau Jawa.

Oleh karena itu, Edi menilai perlu adanya pemecahan, sehingga industri tidak hanya terfokus pada Pulau Jawa. Namun, ini juga tidak mudah karena untuk memindahkan industri, juga harus memindahkan tenaga kerja ahli. Bila ingin mempekerjakan orang baru, juga perlu waktu untuk vokasi.

"Masalah lainnya adalah masalah Tenaga Kerja Asing (TKA). Banyak pro dan kontra terkait TKA ini. Di satu sisi, mereka yang lebih mengerti daripada kita. Namun, di satu sisi, ini juga mengurangi jatah tenaga kerja dari Indonesia," kata Edi.

Baca Juga: Ini penyebab penurunan saham 10 top losers indeks Kompas100 sejak awal tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×