Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemenko Perekonomian mengklaim turunnya kinerja sektor manufaktur Indonesia karena industri yang lebih fokus pada kebutuhan domestik dan kurang berorientasi pada kebutuhan ekspor.
"Kita ini kurang ekspor oriented. Kita juga belum punya industri yang lengkap dan kompleks untuk menjangkau dunia," kata Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI Raden Edi Prio Pambudi pada Senin (12/8) di Jakarta.
Baca Juga: Upayakan transformasi manufaktur, BI lakukan relaksasi dalam sejumlah bidang
Sebelumnya, tercatat bahwa kinerja manufaktur Indonesia lesu. Bahkan, kontribusinya terhadap PDB juga menurun. Pada kuartal II 2019, kontribusi tercatat 19,52%. Padahal pada kuartal sebelumnya masih di angka 20,07%.
Menurunnya kinerja manufaktur ini juga dipengaruhi dari beberapa persoalan, seperti interkonektivitas, masalah tenaga kerja, juga logistik yang dinilai masih mahal.
Dalam hal interkonektivitas, Edi menyebut masalah Indonesia saat ini sedang mengalami global economic marginalization yang menyebabkan produk dalam negeri tidak bisa mendunia. Itu yang membuat industri menjadi susah membangun pasar dan melakukan spesialisasi.
Selain itu, ia menyebutkan adanya missing link dari industri upstream ke downstream sehingga masing-masing industri tidak bisa saling mengisi dan malah mengandalkan impor.
Baca Juga: Gandeng Daihatsu Jepang, mobil nasional ketiga Malaysia mengaspal tahun 2021
Lalu masalah tenaga kerja. Menurutnya, tenaga kerja itu harus memiliki ketrampilan dan ketrampilan itu bisa dilakukan dengan adanya proses vokasi yang mulai digalakkan baru-baru ini.