kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.924   6,00   0,04%
  • IDX 7.202   60,78   0,85%
  • KOMPAS100 1.106   11,13   1,02%
  • LQ45 878   12,09   1,40%
  • ISSI 220   0,63   0,29%
  • IDX30 449   6,48   1,46%
  • IDXHIDIV20 540   5,30   0,99%
  • IDX80 127   1,46   1,16%
  • IDXV30 134   0,17   0,13%
  • IDXQ30 149   1,68   1,14%

Kemenkes Targetkan Angka Stunting Turun Jadi 14 di 2024, Ini Strateginya


Minggu, 29 Januari 2023 / 06:45 WIB
Kemenkes Targetkan Angka Stunting Turun Jadi 14 di 2024, Ini Strateginya


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Percepatan penurunan stunting pada anak masih menjadi salah satu program prioritas pemerintah. Pemerintah menargetkan  penurunan angka stunting hingga 14% di tahun 2024. 

Direktur Jenderal Kesehatan Masyaraka Kementerian Kesehatan Maria Endang Sumiwi mengungkapkan, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi penurunan stunting. Antara lain inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian protein hewani dan konseling gizi.

Menurutnya, pada tahun 2022 ada peningkatan proporsi inisiasi menyusui dini menjadi 60,1% dari yang sebelumnya 47,2% tahun 2021. Anak yang diberi ASI jadi 96,4% pada tahun 2022 dari yang sebelumnya 73,5% tahun 2021.

Baca Juga: Waspada, 4 Masalah Gizi ini Berisiko Anak jadi Stunting

Pemberian sumber protein hewani naik menjadi 69,9% tahun 2022 dari yang sebelumnya 35,5% tahun 2021, dan konseling gizi naik 32% di tahun 2022 dari sebelumnya 21,5% tahun 2021.

Pemerintah memiliki 11 intervensi spesifik stunting yang difokuskan pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6 sampai 23 bulan.

“Pencegahan stunting jauh lebih efektif dibandingkan pengobatan stunting,” jelas Endang dalam konferensi pers daring, Jumat (27/1).

Asal tahu saja, Kementerian Kesehatan mengungkapkan setidaknya ada 4 masalah gizi yang mempengaruhi penurunan prevalensi stunting, yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. 

"Kalau kasus keempat masalah gizi tersebut tidak turun, maka stunting akan susah turunnya,” kata Endang. 

Menurutnya, pencegahan stunting yang lebih tepat harus dimulai dari hulu yaitu sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun atau 1000 hari pertama kehidupan.

Pada periode setelah lahir yang harus diutamakan adalah pemantauan pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin. Dengan demikian dapat diketahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan.

Endang bilang, gangguan pertumbuhan dimulai dengan terjadinya weight faltering atau berat badan tidak naik sesuai standar.

“Anak-anak yang weight faltering apabila dibiarkan maka bisa menjadi underweight dan berlanjut menjadi wasting. Ketiga kondisi tersebut bila terjadi berkepanjangan maka akan menjadi stunting,” ungkapnya.

Pemerintah melakukan pemberian makanan tambahan untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia. Pemerintah akan beralih dari pemberian makanan tambahan dengan biskuit menjadi pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal.

Baca Juga: Survei SGI Kemenkes: Angka Stunting Turun Jadi 21,6% pada Tahun 2022

“Jadi kita sudah mulai tahun 2022 di 16 kabupaten/kota, karena kami mau lihat pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal bisa dilakukan tidak,” ungkapnya.

16 kabupaten/kota percontohan itu berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sumatera Selatan. Sisanya mulai tahun 2023 diperluas ke 389 kabupaten/kota.

Pemberian makanan tambahan dengan pangan lokal ini disajikan siap santap oleh Posyandu dan dimasak oleh kader dengan menu khusus yang memenuhi kebutuhan gizinya baik protein maupun kebutuhan gizi yang lain.

Selain pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal, hal yang paling penting adalah pemberian edukasi kepada ibu tentang cara pemberian makanan yang baik untuk anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×