kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Kemendag terima 931 pengaduan konsumen sepanjang tahun 2020


Selasa, 12 Januari 2021 / 09:57 WIB
Kemendag terima 931 pengaduan konsumen sepanjang tahun 2020
ILUSTRASI. Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen danTertib Niaga (PTKN) Kemendag, Veri Anggrijono.


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan (Kemendag) menerima 931 pengaduan sepanjang 2020. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya, dimana pada 2019 terdapat sekitar 1.110 pengaduan, sementara ada 1.771 pengaduan di 2018.

Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Veri Anggrijono mengatakan, dari total 931 pengaduan tersebut, Kemendag menyelesaikan 863 pengaduan atau sekitar 93,1%. Sisanya, 64 kasus yang masih dalam proses dan 4 kasus ditolak karena bukan permasalahan konsumen akhir.

Adapun, jumlah pengaduan terbesar berasal dari niaga elektronik (niaga-el) sebanyak 396 kasus.

Baca Juga: Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sudah tidak beroperasi hingga Desember 2020

Peningkatan pengaduan konsumen di sektor ini disebabkan beberapa hal seperti dampak revolusi digital, meningkatnya aktivitas masyarakat di rumah dengan adanya kebijakan kerja dari rumah, gencarnya promosi belanja daring (online) yang ditawarkan oleh beragam lokapasar (market place), hingga pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang banyak beralih berdagang secara daring dan bergabung di lokapasar atau membangun toko daringnya sendiri.

"Ragam pengaduan niaga-el meliputi pembatalan pembelian tiket transportasi udara, pembelian barang yang tidak sesuai dengan yang ditampilkan pada iklan, barang yang dibeli tidak diterima oleh konsumen, barang rusak, pembatalan sepihak yang dilakukan oleh pelaku usaha, penipuan, waktu kedatangan barang tidak sesuai yang diperjanjikan, serta adanya kecurangan pada sistem lokapasar yang merugikan konsumen," jelas Veri dalam keterangan tertulis, Senin (11/1).

Veri juga menambahkan, dari berbagai pengaduan niaga-el tersebut, sektor jasa transportasi yang paling mendominasi.

Baca Juga: Tata kelola niaga timah perlu pembenahan, tambang dan ekspor ilegal masih marak

Lebih lanjut, Veri mengatakan dari total pengaduan kasus niaga-el, Kemendag berhasil menyelesaikan 355 kasus. Masih ada 41 kasus yang masih dalam proses penyelesaian. "Bagi pelaku usaha daring yang terbukti melakukan penipuan, Kemendag telah melakukan penindakan berupa peringatan hingga pencabutan izin usaha,” tambah Veri.

Tak hanya kasus niaga-el, Kemendag juga berhasil menyelesaikan kasus pengaduan konsumen lain melalui klarifikasi dan mediasi. Beberapa kasus yang diselesaikan seperti pada sektor perumahan dengan transaksi senilai Rp 612,45 juta, pengembalian booking fee property sebesar Rp 5 juta, pengembalian uang muka pemesanan rumah pada perusahaan pengembang sebesar Rp 30.5 juta.

Ada juga penggantian kendaraan bermotor konsumen yang terbakar saat parkir senilai Rp 250,30 juta, pembelian kendaraan bermotor setelah uang muka 2 tahun baru mendapatkan kendaraan tersebut senilai Rp 495 juta, serta pengembalian tiket dari berbagai maskapai penerbangan dimana pengembalian uang sebesar Rp 287.07 juta dan voucer sebesar Rp 103,32 juta.

Baca Juga: Apakah pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sudah tidak laik terbang? Ini jawaban Kemenhub

Veri juga mengatakan kasus yang menonjol di masa pandemi berkaitan dengan kenaikan tagihan listrik.

"Informasi yang kami terima, kenaikan tersebut disebabkan penggunaan listrik yang meningkat akibat kebijakan kerja di rumah dan pembelajaran daring. Namun, sebagai bentuk upaya perlindungan konsumen terkait keakuratan alat ukur listrik, maka KWH meter yang digunakan konsumen harus dilakukan tera ulang,” ujar Veri.

Veri juga mengatakan Kemendag selalu berupaya melindungi konsumen Indonesia, mengingat konsumsi merupakan salah satu komponen penting stabilitas perekonomian.

Selanjutnya: Ditunjuk Kemensos, bank BUMN siap salurkan program bansos di tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×