Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sarana produksi ternak meliputi day old chicken final stock (DOC FS) dan pakan bagi pembudidaya peternak rakyat dan mandiri, seringkali berfluktuasi tinggi. Harga Pokok Produksi (HPP) tersebut mencapai Rp 19.000-21.000 per kg yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) nomor 7 tahun 2020.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke nurwan mengatakan, saat ini industri perunggasan sedang mengalami biaya produksi DOC FS (bibit ayam) dan pakan yang tinggi. Serta turunnya harga livebird di tingkat peternak rakyat.
Ia menyebut, biaya DOC naik akibat kebijakan cutting yang dampaknya tidak terlalu signifikan. Sementara harga pakan yang naik disebabkan karena mahalnya harga bahan baku yang dipasok dari dalam negeri, seperti jagung.
"Kondisi harga pasar merupakan cerminaan supply-demand yang saat ini terjadi akibat oversupply. Pemerintah mengintervensi pasar apabila harga di luar range, yang diatur melalui mekanisme penugasan kepada BUMN peternakan," kata Oke dalam diskusi virtual, Kamis (22/7).
Baca Juga: Upaya pemerintah stabilkan harga ayam broiler di tingkat peternak
Sebagai upaya mendukung kemandirian bibit DOC FS dan jagung untuk peternak rakyat, perlu berbagai upaya supaya peternak rakyat tetap menjalankan usahanya.
Menurut Oke, skema pengadaan DOC FS untuk peternak rakyat melalui BUMN harus segera diperjelas. Sebab, saat ini masih mengalami keterbatasan atau kelengkapan instrumen yang harus dilengkapi lagi.
"Selama ini yang ditugaskan importasi Grand Parent Stock atau GPS adalah PT Berdikari. Sehingga (bisa) memasok DOC FS yang telah ditetapkan bagi peternak yang telah terdaftar di Berdikari," ucap Oke.
Sementara itu, Direktur Utama PT Berdikari (Persero) Harry Warganegera mengatakan, sejak tahun lalu pihaknya telah memiliki sistem kemitraan. Terutama penjualan DOC FS yang dipelihara oleh peternak mitra. Yakni peternak rakyat secara langsung dan peternak yang tergabung dalam koperasi maupun dibawah perusahaan.
Saat ini, kata Harry, terdapat 1.700 peternak mitra yang tergabung bersama Berdikari yang mengelola DOC FS berdikari. Baik langsung maupun di bawah mitra Berdikari yang mengambil PS milik Berdikari. Tahun ini Berdikari mempunyai ayam GPS sebanyak 32.000 ekor dan jumlah ayam PS (parent stock) rata-rata 1,2 juta ekor.
Baca Juga: Merasa tak dilindungi, peternak mandiri gugat pemerintah
“Kami sudah menawarkan kepada peternak yang datang ke Berdikari, kalau berminat mengelola ayam Parent Stock (PS) bersama kita. Dengan syarat tidak bisa perorangan, tapi dengan koperasi atau badan usaha lainnya yang terdiri dari gabungan peternak rakyat," ujar Harry.
Sementara itu, Dewan Pembina Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Tri Hardianto mengatakan, pada dasarnya peternak mandiri, khususnya skala menengah sudah mampu memelihara GPS dengan skala 3.000-9.000 ekor.
Hanya saja, perlu adanya upaya pemerintah untuk dapat mendukung dan memfasilitasi hal tersebut. Kriteria pemerintah terkait alokasi GPS seharusnya bisa diberikan kepada peternak yang mempunyai kemitraan supaya DOC FS disalurkan kepada peternak rakyat.
"Jangan sampai peternak mandiri besar diseret menjadi mitra integrator. Hal ini tidak memandirikan peternak, Justru mengharapkan pemerintah mendorong peternak untuk membangun integrasi-interasi kecil," ujar Tri.
Baca Juga: Harga ayam berpotensi turun akibat PPKM Darurat, ini kata Kemendag
Meski begitu, Tri mengatakan, kemandirian bibit bagi peternak rakyat atau mandiri selama ini sebagian telah terpenuhi oleh pemerintah melalui PT Berdikari. Ia berharap, Berdikari mampu mendukung tersedianya DOC FS bagi peternak rakyat atau mandiri.
“Silahkan end usernya siapapun (peternakan PS), namun kami harapkan yang tidak memiliki peternakan atau budidaya ayam sehingga DOC FS nya bisa dilepas untuk peternak mandiri atau rakyat,” tutur Tri.
Selanjutnya: Seminggu pelaksanaan PPKM Darurat, pedagang pasar keluhkan omzet menurun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News