Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) Kementerian Perdagangan (Kemdag) berupaya memacu kinerja ekspor Indonesia. Salah satunya dengan memaksimalkan produk potensial Indonesia yaitu hasil olahan kayu ringan seperti jenis sengon dan jabon.
Hal itu dilakukan melalui kegiatan pertukaran informasi dalam ajang Business Support Organization (BSO) Exchange dan Business To Business (B2B) Matchmaking di Ho Chi Minh City, Vietnam, pada 5—10 Maret 2019.
Direktur Pengembangan Ekspor Nasional Arlinda mengatakan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain ekspor utama dalam produk kayu ringan dari jenis sengon dan jabon yang inovatif ke pasar global.
"Melalui kegiatan ini, kami berupaya dan berkomitmen memfasilitasi para pelaku usaha kayu ringan agar dapat memperluas pasar ekspornya, khususnya ke Vietnam. Mengingat, meningkatnya kebutuhan Vietnam akan kayu ringan sebagai bahan baku industri furnitur dan pangsa ekspor kita yang masih relatif kecil ke negara ini,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (13/3).
Ia melanjutkan, kegiatan ini merupakan hasil kerja sama dengan Indonesia Light Wood Association (ILWA) dan Swiss Import Promotion Programme (SIPPO) Indonesia. Kegiatan ini terdiri atas beberapa rangkaian di antaranya kunjungan ke pameran Vietnam International Furniture & Home Accesories (VIFA).
Pada ajang VIFA kali ini, Indonesia diwakili oleh lima perusahaan furnitur. VIFA merupakan pameran furnitur terbesar di Vietnam yang diikuti sekitar 400 peserta dan dikunjungi sekitar 15 ribu orang dari berbagai negara.
Rangkaian kegiatan lainnya yaitu pertemuan antara mitra BSO, SIPPO Indonesia, dan SIPPO Vietnam. Kegiatan ini mempertemukan perusahaan Indonesia dengan anggota asosiasi Handicraft and Wood Industry Association (HAWA), Binh Duong Furniture Association (BIFA), dan Forest Product Association (FPA).
Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemdag Marolop Nainggolan menambahkan, selama ini nilai tambah produk kayu ringan asal Indonesia masih didominasi China dan hanya sedikit yang yang diolah di Indonesia.
Sebagian besar produk kayu ringan Indonesia diekspor ke China dalam bentuk setengah jadi. Setelah diolah, China mengekspor kembali produk kayu ringan ini ke negara lain seperti Amerika Serikat, dan negara-negara di kawasan Eropa, serta Vietnam.
“Kegiatan ini diperkirakan akan memberikan nilai tambah bagi sektor kayu ringan Indonesia untuk pasar produk inovasi kayu ringan sehingga dapat dinikmati para pelaku usaha kita,” tegas Marolop.
Di sela kegiatan tersebut telah dilakukan penandatanganan nota kerja sama (MoU) antara perusahaan Indonesia dengan HAWA dan BIFA. Sebanyak tujuh perusahaan eksportir kayu ringan Indonesia menandatangani MoU dengan 15 perusahaan anggota asosiasi tersebut.
Diharapkan perusahaan Indonesia dapat memaksimalkan MoU ini, khususnya dalam memperkenalkan kayu ringan asli Indonesia sebagai pengganti bahan baku furnitur dan konstruksi yang selama ini memanfaatkan limbah kayu dari Chile dan Brasil.
Dari pertemuan tersebut telah membuahkan percobaan pesanan sebesar USD 5 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News