Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan untuk tumbuh lebih cepat. Kebijakan transformasi ekonomi perlu ditempuh untuk pertumbuhan yang berkelanjutan, berdaya saing, dan berkualitas.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan tantangan yang dihadapi Indonesia beragam, baik global maupun domestik. Ekonomi global kini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Baca Juga: Krisis air mengancam seperempat penduduk dunia
Selain itu, penurunan harga komoditas dan volume perdagangan dunia, serta pelonggaran kebijakan moneter yang diambil sejumlah negara.
Sementara, dari dalam negeri, Darmin menyebut Indonesia juga memiliki beberapa tantangan. Di antaranya peringkat infrastruktur yang masih berada pada level menengah, yakni peringkat 54 dari 160 negara di dunia, biaya logistik masih kurang kompetitif, ketimpangan dalam hal penguasaan lahan dan tanah, serta tantangan dalam pasar tenaga kerja serta kesempatan berusaha.
“Gap antara saving dan investment kita juga besar, produktivitas dan daya saing sumber daya manusia (SDM) masih perlu ditingkatkan, serta ICOR (Incremental Capital Output Ratio ) yang juga masih tinggi,” kata Darmin, dalam Seminar Nasional Transformasi Ekonomi untuk Indonesia Maju, Jumat (9/8).
Untuk itu, Darmin menilai transformasi ekonomi menjadi prasyarat dari peningkatan pertumbuhan serta penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan.
Darmin menilai, transformasi ekonomi yang terjadi diharapkan dapat menggeser struktur ekonomi yang semula berbasis komoditas, menjadi ekonomi berbasis investasi, produksi, dan pelayanan yang memiliki nilai tambah tinggi. Tujuannya, meningkatkan daya saing perekonomian Indonesia dan kualitas hidup masyarakat.
Senada, Wakil Presiden Jusuf Kalla memandang, transformasi ekonomi memang diperlukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi, sekaligus meningkatkan pemerataan.
Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi diramal bakal loyo sampai akhir 2019
“Untuk mentransformasikan ekonomi kita menjadi lebih maju, diperlukan penguasaan teknologi, modal dan skill, dan juga bahwa inti dari transformasi yaitu untuk melahirkan lebih banyak lagi pelaku usaha,” tuturnya, Jumat (9/8).
Adapun, Kalla mengakui transformasi ekonomi bukan tanpa risiko. Oleh karena itu, dibutuhkan kebijakan yang keras dan kepemimpinan yang kuat untuk mampu mengubah ekonomi.
Baca Juga: BPS: Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Q2-2019 naik menjadi 125,68
“Birokrasi kita juga harus cepat, dan ekspor pun harus ditingkatkan, serta APBN harus efisien,” imbuh Kalla.
Darmin menjelaskan, paradigma selama ini transformasi ekonomi, atau dulunya dikenal dengan istilah transformasi struktural, diarahkan pada peralihan tenaga kerja dari sektor berbasis sumber daya alam (SDA) ke sektor yang menciptakan nilai tambah (added values), misalnya industri.
Tetapi hal ini memicu terjadinya urbanisasi dari desa ke kota.
Adapun, transformasi ekonomi yang digagas oleh pemerintah saat ini berfokus pada pemanfaatan potensi desa sebagai basis pertumbuhan ekonomi daerah, yang nantinya akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.
“Jadi, tidak perlu misalnya petani di desa pindah ke kota menjadi buruh, namun dengan transformasi ekonomi mereka tetap bertani dengan lebih efisien memanfaatkan infrastruktur yang memadai dan teknologi pertanian yang maju, serta kepastian adanya offtaker yang akan membeli produk pertaniannya dengan harga yang baik,” ujar Darmin.
Baca Juga: Target pertumbuhan ekonomi diproyeksi sulit tercapai, begini respons Menko Darmin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News