Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amarika Serikat (AS) Donald Trump resmi mengumumkan kebijakan tarif resiprokal kepada sejumlah negara, termasuk Indonesia yang terkena 32%.
Merespons hal ini, Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai kebijakan tarif Trump terhadap ekspor Indonesia secara langsung akan memberikan pukulan serius bagi perekonomian di tanah air.
Banyak industri di Indonesia yang akan terdampak serius mulai dari elektronik, tekstil, kelapa sawit, dan alas kaki karena sangat bergantung pada pasar AS.
Baca Juga: DEN Sebut Kebijakan Tarif Trump Berpotensi Positif Ke Ekonomi RI, Ini Syaratnya
"Lebih serius kini sektor ini menghadapi risiko penurunan daya saing, kehilangan lapangan kerja, hingga perlambatan ekonomi," kata Rendy pada Kontan.co.id, Senin (7/4).
Lebih dari itu, Rendy melihat hal ini bukan sekadar persoalan kebijakan luar negeri AS, tapi juga cermin dari kelemahan struktural ekonomi Indonesia yang memiliki ketergantungan pada satu pasar, tanpa kehadiran strategis investor asing, khususnya dari AS, seperti yang dimiliki Vietnam dan Kamboja.
Dalam kondisi ini, pemerintah diminta merespons secara realistis termasuk mengupayakan negosiasi strategis.
Menurutnya, Indonesia bisa menawarkan insentif konkret bagi investasi AS, sambil menunjukkan bahwa ekspor Indonesia turut mendukung pekerjaan di AS.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tertekan oleh Kebijakan Perang Dagang
Di lain sisi, Indonesia juga perlu segera mempercepat diversifikasi pasar ekspor ke ASEAN, China, Uni Eropa, hingga Afrika dan Timur Tengah.
"Di dalam negeri, industri terdampak harus mendapat dukungan, baik melalui insentif pajak, subsidi, maupun dorongan inovasi," jelasnya.