kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.535.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.136   65,00   0,40%
  • IDX 7.083   2,81   0,04%
  • KOMPAS100 1.051   -4,20   -0,40%
  • LQ45 820   -5,73   -0,69%
  • ISSI 213   0,28   0,13%
  • IDX30 420   -4,57   -1,08%
  • IDXHIDIV20 500   -6,00   -1,18%
  • IDX80 120   -0,46   -0,38%
  • IDXV30 125   0,31   0,25%
  • IDXQ30 139   -1,42   -1,01%

Kebijakan Penambahan Lahan Sawit, Pemerintah Diminta Lakukan Reforestasi


Senin, 06 Januari 2025 / 15:40 WIB
Kebijakan Penambahan Lahan Sawit, Pemerintah Diminta Lakukan Reforestasi
ILUSTRASI. Rencana penambahan lahan baru harus dibarengi dengan kebijakan reforestasi atau aforestasi.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kebijakan Presiden Prabowo Subianto dalam industri kelapa sawit harus disikapi secara hati-hati dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan. 

Presiden Asian Society of Agricultural Economists (ASAE) Bustanul Arifin mengatakan, rencana penambahan lahan baru harus dibarengi dengan  kebijakan reforestasi atau aforestasi. Hal tersebut penting dilakukan karena Indonesia telah komitmen ikut menjaga perubahan iklim. 

‘’Karena bagaimana pun finalisasi aktivitas itu (penambahan lahan kelapa sawit) kan ada di dalam kebijakan,’’ ungkap Bustanul dalam keterangan resmi, Senin (6/1). 

Bustanul mengatakan bahwa sejauh ini berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tidak ada penambahan lahan sawit seperti yang disampaikan Presiden Prabowo. Karena itu, jika nantinya rencana Presiden Prabowo akan dilaksanakan perlu adanya kebijakan yang baru. 

Baca Juga: Kemenkeu Catat Shortfall Penerimaan Pajak 2024 Sebesar Rp 56,5 Triliun

‘’Kalau akan ada kebijakan baru, nanti memang perlu kita kawal sama sama,’’ ujar Bustanul. 

Bustanul mengungkapkan, jila terjadi perubahan tata guna dari hutan menjadi tanaman sawit, maka akan ada perubahan kemampuan menambat dan menyimpan karbon. Tanaman hutan dipastikan mempunyai kemampuan daya tangkap dan daya simpan karbon lebih tinggi dibanding tanaman sawit. Bahkan, hutan juga mempunyai daya lepas karbon lebih sedikit daripada sawit. 

‘’Dari situ para ahli meneliti sampai sedetail-detailnya sedapat mungkin kalau ada perubahan hutan menjadi sawit, harus ada reforestasi atau aforestasi yang harus ditambah. Jadi ada kompensasi, kalau ada perubahan ada pengurangan,’’ tutur Bustanul. 

Bustanul menyampaikan penolakannya jika  pembabatan hutan untuk ditanami sawit dilakukan tanpa ada ada upaya kompensasi di atas. Begitu juga pembukaan lahan di lahan gambut. 

‘’Di lahan gambut pasti akan menimbulkan emisi karbon baru, sementara pada saat yang sama kita menandatangani komitmen untuk menurunkan perubahan iklim,’’ jelasnya. 

Menurutnya, selama ini, Indonesia sudah menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan pada industri sawit. Misalnya untuk standar dunia, Indonesia sudah mengikuti RSPO (Rountable Sustainable Palm Oil). Bahkan, di dalam negeri, Indonesia juga menerapkan ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil). Dan hal tersebut telah mendapatkan apresiasi dari komunitas internasional. 

Terkait hambatan masuknya produk kepala sawit Indonesia ke Eropa, diakuinya, memang sudah menjadi rahasia umum. Mereka khawatir produk sawit Indonesia mengancam produk mereka seperti minyak bunga matahari dan minyak kanola. 

Bustanul mengungkapkan Uni Eropa mulai tahun ini akan menerapkan aturan deforestasi yaitu EUDR (European Union Deforestation Regulation) yang sempat ditunda setahun karena diprotes oleh Amerika Serikat.

Apakah Indonesia diam saja? Tidak. Menurut dia, ada tim task force yang saat ini sedang menyusun berbagai hal secara detail mulai definisi deforestasi dan lainnya. Mereka telah membahasnya dengan Malaysia dan juga Uni Eropa. 

Baca Juga: Realisasi Penerimaan Pajak 2024 hanya Capai 97,2% dari Target APBN

‘’Memang betul pangsa pasar sawit kita ke Eropa tidak terlalu besar, 12%, tak sampai 20%. Tapi Eropa kan menjadi trendsetter. Jika Eropa sudah ikut melarang memasukkan barang kita atau produksi bio fuel kita ke sana, saya khawatir negara lain ikut-ikutan,’’ ungkapnya. 

Untuk itu, selain daya saing, kemampuan diplomasi kampanye positif sawit harus terus dilakukan. 

Sebelumnya, APKASINDO (Asosiasi petani kelapa sawit Indonesia) memberikan apresiasi kepada Presiden Prabowo terkait kebijakan sawit tersebut. Ketua Umum DPP APKASINDO, Dr. Gulat ME Manurung mengungkapkan 17 juta kepala keluarga petani sawit dari Aceh hingga Papua memberikan dukungan penuh. 

Menurut Gulat, kelapa sawit merupakan anugerah Tuhan kepada Indonesia. Negara lain sangat mendambakan sawit dapat tumbuh di negaranya dengan berbagai modifikasi lingkungan tapi produktivitasnya jauh di bawah ekonomis.

‘’Jadi Anugerah tadi sudah sewajarnya menjadi daya tawar Indonesia kepada dunia. Faktanya Selama ini terlampau bebas siapapun menyudutkan sawit tanpa ada perlindungan regulasi yang kokoh terhadap komoditas strategis sawit, jadi kami petani sawit sangat bangga dan terharu atas pidato Presiden tersebut,” papar Gulat dalam keterangannya.

Gulat mengatakan arahan Presiden tentang membuka kebun sawit yang baru seharusnya dibaca dalam arti luas untuk produktivitas sawit. Di mana, untuk meningkatkan produktivitas sawit itu dapat dilakukan melalui dua cara.

Pertama, replanting atau peremajaan sawit rakyat (PSR) yang dikenal dengan intensifikasi atau huluisasi. Kebijakan replanting tersebut dapat membuat produktivitas sawit rakyat naik 3-4 kali lipat.  

Kedua, strategi ekstensifikasi atau menambah luas lahan sawit. Menurut dia, harapan ini sangat terbuka luas mengingat hutan Indonesia masih jauh lebih luas di atas standar minimun (hutan vs non hutan).

‘’Namun kami menyarankan lebih mengoptimalkan tanah terdegradasi atau terlantar, eks pertambangan atau klaim kawasan hutan yang sudah tidak berhutan sebagaimana rekomendasi hasil riset Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB tahun 2023,’’ jelasnya.

Selanjutnya: Harga Pangan di Sulawesi Tenggara: Cabai Rawit Merah dan Jagung Naik, Senin (6/1)

Menarik Dibaca: Hujan Petir Turun di Daerah Ini, Cek Prakiraan Cuaca Besok (7/1) di Jawa Barat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×