Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto
Senada, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Padjajaran Yayan Satyaki mengatakan, jika pemerintah ingin menghapus kedua BBM tersebut, maka pemerintah terlebih dahulu harus mempertimbangkan subsidi energi yang lebih efektif agar masyarakat bisa memperoleh manfaatnya.
“Misalnya dengan kartu miskin atau kartu sejenisnya, masyarakat mampu memperoleh subsidi langsung ketika membeli atau mengonsumsi energi,” tutur Yayan.
Menurutnya, meskipun cara ini terbilang rumit, tetapi pendekatannya lebih efektif dalam menghemat subsidi energi, karena alangkah baiknya jika subsidi energi yang tidak efektif ini digunakan untuk sekolah gratis atau subsidi energi alternatif.
Lebih lanjut, Yayan menilai, memang opsi pada BBM Pertalite dan Premium ada karena untuk mengurangi beban masyarakat yang tidak mampu membeli energi fossil yang lebih mahal.
Baca Juga: Pernyataan Pertamina: Tidak Ada Satu Pun Pekerja yang Mengalami Pemotongan Gaji
Tetapi, Ia melihat yang menggunakan kedua BBM ini adalah orang kaya yang punya mobil dan mungkin tidak mau menggunakan BBM yang tidak bersubsidi seperti Pertamax.
“Jadi disini ada masalah in efektivitas dari penggunaan subsidi. Sayangnya subsidi energi efektif digunakan bagi masyarakat yang memang menggunakan, apalagi subsidi fosil memberikan dampak negatif dua kali yaitu mendorong penggunaan energi fosil yang lebih besar karena harganya murah dan meningkatkan impor energi fossil yang semakin mahal,” jelasnya
Artinya, Yayan bilang, secara ekonomis subsidi untuk kedua BBM tersebut memang merugikan untuk keuangan negara, dan penambahan karbondioksasi terhadap efek rumah kaca.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News