kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kasus Covid-19 meningkat, begini kondisi stabilitas sistem keuangan kuartal II 2021


Jumat, 06 Agustus 2021 / 13:26 WIB
Kasus Covid-19 meningkat, begini kondisi stabilitas sistem keuangan kuartal II 2021
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri), dan Ketua DK OJK Wimboh Santoso (kanan) mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/6/2021).


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan stabilitas Sistem Keuangan (SSK) pada kuartal II 2021 berada dalam kondisi normal di tengah meningkatnya kembali kasus varian Delta Covid-19.

Kondisi tersebut dilaporkan oleh forum Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). 

Sri Mulyani mengatakan, dari sisi tren perbaikan kinerja ekonomi global berlanjut pada kuartal II 2021, terutama ditopang oleh terus menguatnya kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China.  

Tercatat, realisasi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II 2021 mencapai 12,2% year on year (yoy) sejalan dengan meningkatnya Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur, relatif tingginya laju inflasi, dan menurunnya initial jobless claim menuju ke level pra-pandemi. 

Baca Juga: Sri Mulyani sudah siapkan anggaran pemenuhan target vaksinasi 2 juta dosis per hari

Sementara itu, ekonomi Singapura dan China pada kuartal II 2021 juga kembali mencatat pertumbuhan positif, masing-masing sebesar 14,3% dan 7,9% secara tahunan. 

Setali tiga uang, perkembangan ekonomi tersebut turut berdampak pada meningkatnya transaksi perdagangan global dan harga komoditas. Selanjutnya, ekspektasi pemulihan global ke depan masih ditopang oleh langkah-langkah sejumlah negara maju yang masih mempertahankan stimulus fiskal dan moneter. 

Namun demikian, Menkeu mengatakan di tengah optimisme tersebut, sejumlah negara kembali menghadapi penyebaran varian Delta Covid-19, di antaranya Inggris, Belanda, Malaysia, China, Thailand, termasuk Indonesia.

Dari sisi dalam negeri, Sri Mulyani mengatakan momentum penguatan kinerja ekonomi global dan kebijakan countercyclical pemerintah serta kebijakan moneter dan sektor keuangan yang akomodatif telah mampu mendorong berlanjutnya arah pemulihan ekonomi nasional. 

Hasilnya, realisasi pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada kuartal II 2021 tercatat 7,07% yoy. Menurut Sri Mulyani perkembangan tersebut menunjukkan arah dan strategi pemulihan ekonomi Indonesia yang baik.

Baca Juga: Insentif PPN DTP penjualan rumah diperpanjang, ini penjelasan Sri Mulyani

Adapun realisasi belanja negara tumbuh relatif tinggi yakni 9,38% yoy pada semester I 2021, baik dalam bentuk belanja barang, program bantuan sosial (bansos), maupun belanja modal memberikan dorongan yang cukup signifikan pada komponen produk domestik bruto (PDB) dari sisi pengeluaran. 

Sementara itu, konsumsi pemerintah di kuartal II 2021 tumbuh 8,06% yoy. Kemudian, konsumsi masyarakat, yang mencakup sekitar 55% dari total PDB, mampu tumbuh 5,93%.  

“Selain faktor base effect momentum Ramadan dan hari raya Idul Fitri, berbagai kebijakan Pemerintah dalam mendukung daya beli masyarakat," ujarnya saat Konferensi Pers KSSK, Jumat (6/8). 

Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan upaya pemerintah dalam mendorong daya beli masyarakat di kuartal II 2021 yakni  melalui program bansos, diskon tarif listrik, relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) kendaraan bermotor, dan relaksasi pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) perumahan. 

“Serta relatif terkendalinya inflasi, telah berperan besar mendorong konsumsi masyarakat,” ucap Menkeu. 

Di sisi lain, komponen investasi juga mencatatkan pertumbuhan 7,54% yoy, terutama ditopang oleh investasi bangunan sejalan dengan realisasi belanja modal pemerintah di kuartal II 2021. 

Lalu, kinerja ekspor dan impor di kuartal II 2021 juga mengalami lonjakan tajam, masing-masing tumbuh 31,78% dan 31,22%, secara tahunan. Hal ini sejalan dengan momentum menguatnya kinerja ekonomi global dan meningkatnya harga komoditas. 

“Ke depan, kontribusi non APBN dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi diharapkan semakin besar seiring dengan berlanjutnya proses pemulihan ekonomi nasional,” kata Menkeu.

Sri Mulyani menambahkan, arah pemulihan yang menggembirakan pun terlihat dari sisi produksi. Penguatan kinerja pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 bersifat broad-based, di mana seluruh sektor mampu tumbuh positif.

Baca Juga: Sri Mulyani targetkan tingkat inklusi keuangan Indonesia naik hingga 90% tahun 2024

Sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi sekitar 20% terhadap PDB nasional berperan sebagai mesin pertumbuhan, tumbuh 6,58% yoy, sejalan dengan tren penguatan PMI Manufaktur Indonesia yang selalu dalam zona ekspansif. 

Sektor utama lainnya, yakni sektor perdagangan dan konstruksi, menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan masing-masing tumbuh 9,44% dan 4,42% yoy. 

Sektor-sektor penunjang aktivitas pariwisata yang terdampak sangat dalam akibat pandemi, juga menunjukkan peningkatan kinerja yang signifikan. Pada kuartal II 2021, sektor transportasi dan pergudangan mampu tumbuh 25,10% yoy, sementara sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh sebesar 21,58% yoy. 

Pencapaian tersebut sejalan dengan menguatnya harga komoditas global, sektor pertambangan juga tumbuh positif sebesar 5,22% yoy. “Secara spasial, perbaikan kinerja pertumbuhan ekonomi nasional didukung oleh pertumbuhan positif di seluruh wilayah,” ucap Menkeu. 

Sri Mulyani menegaskan, KSSK terus memperkuat koordinasi  mengidentifikasi dan mengantisipasi berbagai potensi risiko yang muncul akibat lonjakan kasus varian Delta Covid-19. Perkembangan korporasi di berbagai level dan sektor usaha juga menjadi salah satu fokus monitoring KSSK, termasuk identifikasi lebih dini atas potensi risiko yang mengancam keberlangsungan usaha korporasi serta risiko spillover effect terhadap SSK. 

Baca Juga: Sri Mulyani sampaikan pentingnya literasi keuangan untuk perkuat ekonomi nasional

“Berdasarkan pemantauan dan identifikasi tersebut akan dilakukan koordinasi dan sinergi lembaga anggota KSSK dalam upaya antisipasi dan mitigasi dampak yang mungkin timbul,” kata Menkeu. 

Koordinasi dan sinergi tersebut, tidak hanya terbatas pada lembaga anggota KSSK, namun akan diperluas dengan Kementerian/Lembaga dan/atau otoritas lain apabila diperlukan. 

“Melalui koordinasi dengan lembaga di luar KSSK, diharapkan tercipta keselarasan kebijakan yang mendukung efektivitas implementasi dan tercapainya tujuan dari masing-masing kebijakan demi menjaga SSK dan mendorong percepatan pemulihan ekonomi,” tegas Sri Mulyani. 

Selanjutnya: Masih terjaga, RBC industri asuransi jiwa capai 647,7% pada akhir semester I

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×