Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mekanisme imbal dagang dalam transaksi antar negara dinilai memiliki keuntungan di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani. Shinta bilang upaya imbal dagang bisa menghemat anggaran.
"Bisa membantu menjaga kestabilan nilai rupiah tanpa mengorbankan kinerja perdagangan nasional," ujar Shinta kepada Kontan.co.id, Minggu (26/7).
Baca Juga: Asing Belum Pede Berburu SBN, Mengapa Investor Domestik Malah Getol Belanja?
Meski begitu imbal dagang tak bisa memberi pengaruh besar secara langsung. Pasalnya untuk pengaruh besar, imbal dagang juga harus dengan nilai yang besar.
Sementara saat ini imbal dagang yang dilakukan pemerintah masih dengan nilai yang kecil. Oleh karena itu pengaruhnya pun tidak akan signifikan.
Namun, untuk mendorong imbal dagang yang besar diperlukan waktu. Keterlibatan pemerintah dinilai memperpanjang rantai pasok dalam proses imbal dagang.
"Perdagangan melalui mekanisme imbal dagang ini menempatkan pemerintah sebagai “third party” antara exportir nasional dengan buyer di luar negeri sehingga menambah panjang rantai perdagangan," terang Shinta.
Shinta bilang imbal dagang harus dilakukan secara transparan oleh pemerintah. Imbal dagang harus terbuka kepada seluruh pelaku usaha yang mau memanfaatkan.
Selain itu imbal dagang pun haru memiliki kejelasan mekanisme pengajuan dan proses yang sederhana. Agar tidak menjadi beban pada efisiensi biaya perdagangan.
Baca Juga: Wamendag: Pemberlakukan AHKFTA dapat dorong ekspor nasional
Imbal dagang yang terbuka pun tak bisa langsung dilakukan, perlu melalui tahap uji coba dengan skala kecol. Asal tahu saja, sebelumnya Kementerian perdagangan melakukan koordinasi dengan Kementerian Pertahanan untuk melakukan imbal dagang.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyampaikam bahwa saat ini tengah dijajaki imbal dagang dengan sejumlah negara. Imbal dagang diyakini akan menguntungkan bagi Indonesia.
"Dengan skema imbal dagang, komoditi ekspor Indonesia dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional agar bisa semakin bergerak dan tumbuh," jelas Agus.
Dari sisi ekspor dapat mengatasi hambatan ekspor serta memperluas wilayah pasar dan memasarkan produk baru. Sementara dari sisi impor akan tercipta penghematan devisa negara.
Beberapa komoditas diungkapkan menjadi potensi dalam imbal dagang. Antara lain kelapa sawit, karet, permesinan, kopi dan turunannya, kakao dan turunannya, produk tekstil, teh, alas kaki, ikan olahan, furnitur, buah-buahan, kopra, plastik dan turunannya, resin, kertas, serta rempah-rempah.
Asal tahu saja, tahun 2019 lalu Indonesia juga telah mengupayakan imbal dagang dengan Rusia. Indonesia akan menukar sejumlah komoditas dengan Sukhoi buatan Rusia.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan BI Dipangkas, Obligasi Korporasi Bisa Ramai
Hingga saat ini imbal dagang tersebut belum terselesaikan. Selain itu Indonesia juga dikabarkan tengah menunjukkan minat untuk membeli pesawat jet tempur jenis Eurofighter Typhoon bekas dari Austria.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pun aktif melakukan perbincangan dengan sejumlah negara. Saat ini ia pun tengah melakukan kunjungan ke Turki dan India.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News