Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Debat Calon Presiden putaran kedua sudah selesai dilakukan semalam. Para pengamat menilai, capres nomor urut 01 Jokowi unggul debat kali ini.
Analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai, debat kedua ini lebih baik dari debat pertama.
"Terasa lebih cair dan tak terlalu kaku. Namun, debat kali ini kita harus akui menjadi panggung milik Jokowi," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Senin (18/2).
Hal itu terlihat dalam beberapa hal. Pertama, Jokowi sangat detail menjelaskan soal strategi menjaga keseimbangan pangan dan harga, menyenangkan petani dan menjaga stok, soal nelayan, sumber daya laut, energi, lingkungan serta soal konektivitas infrastruktur dan konsistensi infrastruktur yang akan diteruskan.
"Performa pak Jokowi cukup bagus, ada data dan lebih detail, lebih tenang dan lebih menguasai apabila diturunkan pada level operasional serta memberikan contoh se-sederhana mungkin dan Jokowi menjawab dengan data," tambah Pangi.
Meskipun, ia mengaku, ada potensi “data keliru” yang salah dan bisa "blunder" seperti kebakaran hutan dan soal data impor jagung yang disampaikan Jokowi.
Dalam hal ini Joko Widodo dan Prabowo Subianto menunjukkan gayanya yang berbeda. Jokowi tampil dengan gaya menyerang atau agresif, sementara Prabowo tampil dengan gaya patriot, negarawan dengan mengeluarkan gagasan atau narasi besar walaupun belum tuntas dijelaskan secara operasional dan teknis misalnya mengatakan bahwa ‘kami punya falsafah dan strategi lain’.
"Jokowi tampil penuh percaya diri, menguasai materi, dan sempat melakukan serangan terukur dan bahkan serangan menohok pada Prabowo," tutur dia.
Apalagi, Prabowo kerap menunjukkan “persetujuan” dengan argumentasi Jokowi. Pangi bilang, untuk hal ini Prabowo gagal menunjukkan alternatif lain sebagai tawaran alternatif kebijakan, sangat minim data.
Prabowo terjebak pada narasi besar yang tidak mampu dan gagap dioperasionalkan ke dalam program yang lebih detail.
Kedua, Jokowi tampil lebih ofensif sementara Prabowo terkesan lebih bijak dan tak menyerang. Ketiga, dalam debat kedua ini terlihat Prabowo terlalu "berbalas-kasihan" dan terlalu baik pada Jokowi, selama ini sang penantang memainkan strategi menyerang namun Prabowo tak lakukan justru petahana yang ditagih janjinya tampil agresif menyerang.
"Prabowo terlalu baik, memuji kerja Jokowi, mestinya Prabowo bisa kritik menggapa bapak "baru akan" dan "sedang kami rencanakan", lalu selama ini pak Jokowi ngapaian aja?," kata Pangi.
Prabowo juga selalu mengulangi hal yang sama, yaitu "setuju" dengan petahana menyetujui langkah dan kebijakan pemerintah yang konkret dan yang sudah baik dilakukan pemerintah.
Keempat, sangat disayangkan, mestinya Prabowo bisa membantah dan konfirmasi ulang apabila ada semburan data yang keliru dan diklarifikasi Prabowo. Namun, Prabowo hanya diam dan tak membantah data Jokowi.
Saat membahas infrastruktur, Prabowo sekali kali tampil menyerang/serangan balik, mengkritik proyek pemerintah Jokowi. Namun sayang, serangan itu tidak menggunakan data yang kuat membantah soal infrastruktur kecuali hanya soal MRT Palembang dan Bandara Kertajati, Bandung.
"Sebagai penantang Prabowo gagal mengeksprolasi kegagalan dan titik lemah kebijakan petahana. Jika Prabowo lebih cermat dengan analisis yang lebih mendalam Prabowo juga bisa memberikan serangan yang cukup merepotkan Jokowi," jelas dia.
Oleh karena itu, situasi ini menjadikan panggung debat kedua kali ini seperti didominasi dan menjadi panggung milik Jokowi. Ditopang dengan basis data dan uraian capaian dan prestasi, pemaparan Jokowi terkesan lebih rapi, sehingga Jokowi terlihat lebih menguasai masalah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News